Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

REI Jateng Waspadai Faktor Nilai Tukar & 'Suhu' Politik

Industri properti di Jawa Tengah khawatir atas gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jika melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berlangsung lama, dikhawatirkan menekan pengembang properti.
Maket dalam pameran properti di Mall Paragon Semarang.
Maket dalam pameran properti di Mall Paragon Semarang.

Bisnis.com, SEMARANG - Industri properti di Jawa Tengah khawatir atas gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jika melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berlangsung lama, dikhawatirkan menekan pengembang properti.

Adapun kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah terus menguat. Hingga kini, rupiah berada di kisaran Rp14.615 per dolar AS. Jumlah tersebut merupakan level tertinggi sejak tiga tahun terakhir.

Wakil Ketua Bidang Promosi, Humas dan Publikasi DPD REI Jateng, Dibya K Hidayat mengatakan, mulai waspada dengan kenaikan dolar karena akan berpengaruh besar pada properti terlebih pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang akan ikut naik.

"Yang paling perlu diwaspadai melemahnya nilai rupiah. Rupiah yang tidak stabil akan berdampak pada BI Rate yang beranjak naik, sehingga berimbas ke KPR. Ini tidak mendukung penjualan perumahan," kata Dibya, Rabu (15/8/2018).

Dibya mengatakan, kenaikan dolar juga memberi pengaruh besar terhadap naiknya bahan bangunan terutama bahan yang impor seperti besi. Dia melanjutkan, saat ini penjualan properti juga mulai lesu karena suhu politik di Indonesia yang mulai memanas menjelang pemilihan legislatif serta Pilpres 2019.

"Iklim properti memang sedang tidak bagus. Namun ini kelihatannya di semua sektor bisnis dan sektor jenis usaha. Apalagi menyangkut sedikit perekonomian kita terpengaruh suhu politik," jelasnya.

Dijelaskan, kondisi saat ini hampir sama dengan tahun 2014 yang sama-sama masuk di tahun politik, yang berakibat pada penjualan properti yang turun drastis.

"Tahun 2014 sama terjadi penurunan. Tapi kita naik lagi (penjualan properti) tahun 2015," ujarnya.

Dibya berharap, agar kondisi politik bisa kondusif agar kejadian 2014 tersebut tidak terulang kembali. "Kami dari sektor pengusaha mengharapkan jangan terjadi, seperti tahun 2014 lalu," katanya.

Di sisi lain, sebanyak 12 pengembang meramaikan kegiatan Property Expo Semarang keenam yang digelar mulai hari ini, Rabu 15 Agustus hingga 26 Agustus 2018 di Paragon Mall Semarang. Tidak hanya 12 pengembang, lima stakeholder juga ikut memeriahkan pameran kali ini.

Dia mengatakan, meski saat ini penjualan properti tengah lesu akibat suhu politik yang mulai memanas, dia optimis pameran ini bisa mendapatkan hasil sesuai target.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper