Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Mebel & Kerajinan Membidik Penjualan US$5 Miliar

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia menargetkan penjualan ekspor produk furnitur pada 2019 dapat mencapai US$5 miliar.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia menargetkan penjualan ekspor produk furnitur pada 2019 dapat mencapai US$5 miliar.

Abdul Sobur, Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki), menyampaikan potensi industri mebel dan kerajinan dalam negeri masih cukup terbuka lebar melihat dari  sumber (source) yang dimiliki oleh Tanah Air dinilai masih mendukung.

“Indonesia memiliki sebanyak 80% bahan baku untuk industri mebel dan kerajinan. Saat ini hanya bergantung pada bagaimana mengelola bahan baku tersebut menjadi barang yang berkualitas dan berdaya saing tinggi,” kata Abdul kepada jurnalis, Kamis (28/9/2017).

Menurutnya produk furnitur nasional sangat diminati oleh pasar dunia contohnya Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Australia, Belgia, Korea Selatan, Taiwan, Jepang, Italia, dan Uni Emirat Arab. Pasar dunia menilai furnitur dari Indonesia memiliki keunggulan yang lebih karena menonjolkan nilai budaya yang kuat.

Menurut Himki, industri mebel dan kerajinan Tanah Air dinilai hampir sempurna karena ketersedian bahan baku yang melimpah, sumber daya manusia berkompetensi, dan keberadaan sentra produksi furnitur yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Presiden Joko Widodo mendukung penuh langkah yang dilakukan industri mebel dan kerajinan. Dukungan dari pemerintah tersebut yang membuat kami optimistis dapat mengejar target penjualan ekspor sebanyak US$5 miliar sampai akhir tahun 2019,” imbuhnya.

Tantangan yang dihadapi industri mebel dan kerajinan Tanah Air yakni dari sisi teknologi. Mesin dan alat-alat produksi yang dimiliki oleh pelaku bisnis belum selengkap dan secanggih negara lain. Bahkan, sampai saat ini belum ada manufaktur lokal yang bisa menandingi teknologi serupa yang dimiliki oleh produsen asing guna kebutuhan produksi furnitur.

“Mesin sepenuhnya masih impor, kami mengharapkan ada yang bisa membuatnya di Indonesia dengan harga dan kualitas lebih kompetitif, imbuhnya.

Langkah yang dilakukan oleh Himki untuk mengejar target penjualan US$5 miliar pada 2019 yakni dengan menggandeng teknologi guna meningkatkan produktivitas produksi dalam negeri. Langkah tersebut telah ditempuh oleh Himki dengan mengajukan subsidi kepada Kementerian Perindustrian mengenai restrukturisasi permesinan.

“Kolaborasi antara daya kreatif manusia dan kecepatan produksi dari mesin dapat membantu industri mebel dan kerajinan bertumbuh secara signifikan demi mencapai target penjualan pada 2019,” ujarnya.

Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor mebel dan kerajinan Tanah Air pada 2015 mencapai US$1,9 miliar. Kendati demikian, pada 2016 terjadi penurunan menjadi US$1,60 miliar. Adapun nilai ekspor produk furnitur pada Januari-Juni 2017 sebanyak US$872 juta. 

“Kami berharap pada semester dua tahun ini dapat terjadi peningkatan penjualan ekspor demi mengejar target US$1,7 miliar-US$2 miliar. Target tersebut mengalami revisi dari awalnya dipatok dapat mencapai US$2,4 miliar karena produk mebel dan kerajinan belum tangguh dibandingkan dengan negara lain.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : News Editor
Sumber : JIBI

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper