Bisnis.com, SEMARANG – Jawa Tengah membutuhkan usaha menengah yang berfungsi sebagai lokomotif penarik usaha mikro kecil untuk meningkatkan perekonomian dan menekan kemiskinan yang tinggi di wilayah ini.
Ekonom Universitas Kristen Satya Wacana Sri Sulandjari mengatakan dalam pengamatannya di Timor Leste, pola ini menguat dimana petani tempatan dikoordinir oleh usaha menengah untuk kemudian dipasarkan di Australia.
"Ketika masyarakat diberikan harga yang pantas, term payment, maka mereka akan berproduksi dengan baik," kata Sri dalam Entrepreneur Networking Forum yang diselenggarakan oleh PT Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) Tbk. dan Harian Bisnis Indonesia di Semarang, Rabu (11/10/2017).
Sri mengatakan dengan dukungan teknologi informasi yang mengklusterkan jenis tanaman, luas tanam hingga jadwal panen maka kesejahteraan petani dapat ditingkatkan karena terjadi joint production serta joint action.
Ia mencontohkan, disaat yang sama di Jawa Tengah terdapat desa yang harus membuang produk susu sapi 150-180 liter perhari karena tidak terserap pasar. "Itu baru satu desa," katanya.
Untuk itu dia mengharapkan para pengusaha di Jawa Tengah mengambil peran lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan di wilayah ini. Sri mengakui kalau peran ini tidak serta merta akan mendatangkan keuntungan dalam jangka pendek, akan tetapi peran ini akan meningkatkan kredibilitas, kesepakatan dan saling percaya.
Sri menilai saat ini walau terjadi penurunan kemiskinan dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat Jawa Tengah. Akan tetapi capaian ini relatif sama dengan capaian Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat. Kalah cepat dibandingkan Jawa Timur. Padahal produksi Jawa Timur ini dipasarkan di Jawa Tengah.