Bisnis.com, PURWOKERTO – Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, pada bulan Oktober 2017 diprediksi akan kembali mengalami deflasi seperti bulan September.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Fadhil Nugroho mengatakan Purwokerto diprediksi akan mengalami deflasi atau penurunan harga barang dan jasa sekitar 0,10%.
“Prediksi tersebut berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga [SPH] sampai dengan minggu ketiga bulan Oktober," kata Fadhil, di Purwokerto, Kamis (19/10/2017).
Ia mengatakan pendorong terjadinya deflasi berasal dari kelompok volatile food (bahan makanan yang harganya fluktuatif) yang diprediksi mengalami deflasi sebesar 0,23%.
Menurut dia, komoditas yang mengalami penurunan harga yang cukup tajam di antaranya bawang merah berkisar 3%-6%, bawang putih berkisar 10%-16%, daging ayam ras berkisar 1%-3%, telur ayam ras berkisar 3%-6%, dan wortel berkisar 4%-15%.
Sementara itu, beras masih menunjukkan kenaikan harga namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pembentukan angka inflasi. "Mengingat cukup banyaknya komoditas yang mengalami deflasi, kenaikan harga beras dimaksud secara total tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap pembentukan angka inflasi," tegasnya.
Dalam hal ini, kata dia, harga beras di pasar tradisional rata-rata mengalami kenaikan berkisar 1%-3,37%. Selain beras, lanjut dia, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah minyak goreng, kacang panjang, jeruk, emas perhiasan, dan rokok kretek/filter.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas, kota Purwokerto pada bulan September mengalami deflasi sebesar 0,06%.
Terjadinya deflasi di kota Purwokerto pada bulan September dipicu oleh cukup tingginya penurunan harga-harga yang terjadi pada komoditas volatile food khususnya bumbu-bumbuan, yaitu bawang putih dan bawang merah serta daging ayam ras.