Bisnis.com, SEMARANG – Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jawa Tengah atau DPMPTSP Jateng mencatat hingga triwulan III/2017 realisasi investasi di wilayah ini mencapai Rp33,02 triliun.
Kepala DPMPTSP Jateng Prasetyo Aribowo menuturkan untuk 2017, Jawa Tengah menargetkan investasi yang masuk mencapai Rp41,70 triliun. Dengan capaian hingga triwulan III/2017 ini maka pihaknya telah membukukan realisasi investasi 79% dari target.
“Maka untuk memenuhi realisasi investasi 2017 kami akan mengupakan realisasi investasi minimal Rp8,7 triliun pada triwulan IV,” kata Prasetyo di Semarang, Selasa (31/10/2017).
Dia mengatakan tingginya realisasi investasi yang tercatat pada triwulan III/2017 tidak lepas dari tim yang dibentuk DPMPTSP untuk menelusuri izin prinsip yang telah dikeluarkan. Tim ini aktif hingga ke berbagai wilayah Jawa Tengah agar para pengusaha patuh dalam melaporkan realisasi investasi yang telah ditanam.
Berdasarkan data yang ada, kata Prasetyo, investasi yang masuk ini terdiri penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp13,07 triliun. Sedangkan sisanya sebesar Rp19,96 triliun berasal dari penanaman modal asing (PMA).
Investasi ini tersebar ke dalam 1.940 proyek yang meliputi proyek oleh investor PMA sebanyak 890 proyek serta PMDN dengan 1050 proyek. Padahal dalam periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi proyek di Jawa tengah hanya 1.377 proyek.
“Yang tidak kalah pentingnya, tenaga kerja yang terserap dalam proyek hingga triwulan III/2017 ini mencapai 98.323 orang,” katanya.
Dari serapan tenaga kerja itu, sebanyak 67.395 orang terserap dalam pekerjaan untuk investasi PMA dan 30.928 dalam proyek PMDN. Lebih lanjut dia menjelaskan terdapat pergeseran dalam realisasi investasi yang masuk ini.
Pergeseran ini terlihat dengan masuknya Sektor perkayuan sebagai realisasi investasi kedua terbesar oleh PMA. Sektor Kayu ini hanya dikalahkan oleh investasi bidang kelistrikan, gas dan air. “Ini menarik, Kayu mengungguli tekstil dalam realisasi investasi hingga semester III/2017,” katanya.
Tekstil yang sebelumnya menempati posisi kedua dalam penempatan realisasi investasi, pada periode ini berada pada urutan kelima. Sedangkan sektor lainnya yang diminati oleh investor asing yakni industri kulit di posisi ketiga serta peternakan diposisi keempat.
Berbeda dengan minat para PMA, investor dalam negeri masih dominan merealisasikan investasinya di sektor tekstil. Selanjunya dalam bidang transportasi, gudang dan telekomonikasi. Pada peringkat ketiga industri makanan dan disusul jasa lainnya. Sedangkan minat investor dalam negeri lainnya untuk peringkat kelima yakni investasi pada sektor listrik gas dan air.
Prasetyo mengatakan juga terjadi pergeseran negara asal PMA dalam realisasi investasi triwulan III/2017. Terdapat India yang meningkatkan investasinya di Jawa Tengah. Sedangkan Malaysia yang sebelumnya menjadi salah satu investor dominan, tidak lagi berada dalam lima besar.
Secara berurutan negara asal investasi di Jawa Tengah hingga triwulan III yakni Jepang (787,24 juta dolar), India (243,51 juta dolar), Korea Selatan (167,63 juta dolar), Singapura (164,53 juta dolar) serta British Virgin Islands (37,74 juta dolar).
Sementara itu, Gubernur Jateng Pranowo dalam kesempatan terpisah mengatakan untuk meningkatkan investasi dibutuhkan kemudahaan perizinan bagi para investor, Dia menilai reformasi perizinan yang paling dibutuhkan saat ini ialah di kabupaten kota. Sebab masih banyak birokrasi di daerah yang dikeluhkan masyarakat karena prosesnya berbelit-belit dan adanya pungutan liar.
“Kalau di Pemprov saya tegaskan tidak ada pungli, yang ketahuan langsung pecat. Makanya kami mendorong agar diterapkan di kabupaten kota,” tegasnya.