Bisnis.com, SEMARANG - Rempah merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar bagi Indonesia. Penting bagi pemerintah untuk mengoptimalkan sektor tersebut, terlebih dengan adanya kemunculan negara-negara pengekspor rempah lainnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono, menyatakan sudah saatnya bagi Indonesia untuk segera menguasai sektor perdagangan rempah dunia, mengingat rempah dari tahun ke tahun menjadi penyumbang devisa negara yang cukup besar.
"Melalui kegiatan ini, kita ingin bangkit, barangnya kecil tapi nilainya besar sehingga jika dioptimalkan mampu memberikan kesejahteraan. Memang sektor rempah di Provinsi Jateng masih rendah,hanya 4% dari 7000 jenis tanaman rempah yang hidup," tuturnya (16/11/2017).
Hanya terdapat 0,3 hektare lahan rempah yang ada di Provinsi Jateng ini tentunya cukup rendah dibandingkan dengan daerah lain sehingga pemerintah mendorong petani menanam rempah.
Sementara itu, Direktur Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang MM mengungkapkan, saat ini pengembangan dan industrialisasi perkebunan rempah mulai secara masif tumbuh di negara lain, sementara rempah Indonesia sendiri, 90 persen pengelolaannya dilakukan oleh petani.
"Indonesia sebagai penghasil rempah terbesar sekaligus jalur perdagangan rempah strategis, disayangkan kejayaan rempah sebagai komoditas utama mulai turun," kata Bambang. Upaya pengsinergian secara komprehensif antara petani dan pihak industri dalam meningakatkan komoditi rempah adalah hal yang mendesak.
Menurutnya dengan adanya deklarasi relawan rempah, terdiri dari individu-individu dengan berbagai latar belakang, sebut saja pelaku bisnis, petani, aktivis, peneliti, pengajar, diharap mampu mendorong pertumbuhan pasar komoditi rempah agar mampu berjaya kembali sekaligus mewujudkan visi Negara Maritim-Agraris.
Sumbangsih komoditas rempah bisa dikembangkan dengan optimal. Tahun 2016, Kementerian Pertanian menganggarkan Rp 11 triliun untuk alokasi bibit perkebunan, dengan penambahan hingga Rp 1,6 triliun pada 2017.