Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SOTO MBOK DELE, Begini Asal Usul Penamaannya

Asap putih mengepul saat dandang aluminium berisi kuah soto dibuka. Aroma kaldu sapi tiba-tiba menyeruak memenuhi seisi ruangan.

Bisnis.com, KLATEN—Asap putih mengepul saat dandang aluminium berisi kuah soto dibuka. Aroma kaldu sapi tiba-tiba menyeruak memenuhi seisi ruangan.

Kuah disiramkan ke dalam mangkuk berisi nasi, irisan daging sapi kecambah, dan penyedap rasa. Rasa gurih dan daging sapi yang empuk berpadu di mulut. Kesegaran soto semakin terasa saat ditambahkan air perasan jeruk nipis ditambah sejumput sambal.

"Soto kami memiliki kuah yang bening. Itu yang membedakan kami dengan yang lain," ujar Supriyanto, 40, saat ditemui di warungnya, Jl. Jogja Solo Km. 8,4 Dukuh Jetis, Desa Klepu, Kecamatan Ceper, Klaten, Rabu (22/11/2017).

Tak hanya itu, aneka lauk olahan sapi juga tersedia mulai dari iso babat, otak goreng, kapur susu sapi, aneka jeroan, dan daging sapi tersedia untuk mendampingi semangkuk soto. Semua sajian itu dibikin sendiri oleh keluarga Supriyanto yang mendapatkan estafet resep dari eyang buyutnya, Nyai Karto Wijaya.

"Otak goreng yang cuma ditemui di sini. Di tempat lain enggak ada termasuk kapur susu sapi," beber pria, yang menjadi generasi keempat penerus Soto Mbok Dele.

Tak ada yang tahu kapan Soto Mbok Dele buka kali pertama. Yang ia tahu hanyalah eyang buyutnya yang kali pertama berjualan soto dalam trah keluarga besarnya.

Nama Mbok Dele pun terbentuk secara kebetulan. Saat itu, anak Nyai Karto Wijaya, Ngatinem, memiliki postur tubur kurus dan kecil. Ngatinem adalah eyang putri Supriyanto.

Warga kemudian memanggil Ngatinem dengan sebutan Dele berasal dari ata kedelai yang bentuknya kecil mirip tubuh Ngatinem. Setiap kali memesan soto kepada eyang buyutnya, orang-orang selaly menyebutkan,

"Kana tuku soto neng Mbokne Dhele [Sana beli soto di Ibunya Dhele]." "Terus lama-lama orang tahunya sini soto Mbok Dele," ujar pria yang melanjutkan usaha soto sejak Maret 1997.

Supriyanto butuh sembilan tahun hingga akhirnya dipercaya untuk meneruskan estafet resep soto legendaris Klaten itu. Kariernya membikin soto dimulai kali pertama saat kelas dua SMP pada 1988. Ia bertugas menguleg tiga kilogram bawang putih hingga lembut. Tak hanya menguleg, ia harus menggiling bawang itu agar teskturnya semakin lembut.

"Kalau enggak lembut, bawangnya justru banyak yang ting krampul [terapung]," beber dia.


Di warung yang nyaris tak berubah selama puluhan tahun itu, banyak tokoh-tokoh terkenal singgah sekadar menikmati semangkuk soto. Sebut saja pelukis asal Jogja, Affandi, dalang Ki Anom Suroto, Dono Warkop DKI, Didi Nini Thowok, Yati Pesek dan kawan-kawan Srimulat, Habib Syech, hingga pentolan band Sheila on 7, Eros Jarot dan Duta.

"Belum lama ini Eros dan Duta mampir sini pas mau konser di Semarang. Sini ramai banget banyak yang minta foto-foto. Saya sendiri malah enggak foto, malu," ujar dia, sembari terkekeh.

Selain tokoh, beberapa sopir Affandi kerap singgah ke warungnya untuk sekadar bernostalgia, berbincang dengannya. Bahkan, salah satu sopir itu rela bersepeda dari Jogja.

"Dia sering ke sini. Yang terakhir ke sini saya temani mengobrol dua jam. Banyak tokoh-tokoh ke sini sekadar untuk bernostalgia jajan soto," urai ayah tiga putra ini.

Berjalan ke selatan 400 meter dari Soto Mbok Dele, akan singgah di warung Soto Gunting Pak Randi. Saat ramai, parkir kendaraan pelanggannya bisa mencapai ratusan meter ke utara dan selatan warung di kiri kanan Jl. Jogja -Solo.

Nama Soto Gunting pun lahir secara tak sengaja. Soto itu awalnya bernama Soo Pojok karena berada dipojokan kampung. Kemudian, ada seorang pelanggan yang meminta gunting untuk memotong lauk dari olahan sapi di warungnya. Sejak itu, gunting selalu tersedia di piring menemani potongan-potongaj daging atau jeroan sapi yang dibacem lalu digoreng itu.

"Suatu hari pelanggan itu datang ke sini pagi-pagi bawa spanduk bertuliskan Soto Gunting. Saya bingung apa maksudnya. Dia hanya bilang, sudah pakai saja nama ini," ucap Slamet Widodo (Agus), 30, pengelola Soto Gunting, Rabu.

Untuk menemani soto, lauk dibikin dari semua bagian sapi kecuali otak dan saren (darah yang dibekukan). Di tempat itu, Iriana Joko Widodo disebut-sebut pernah makan soto bersama temannya.

Ia datang tanpa pengawalan seperti lazimnya seorang tamu VIP. Iriana memang kerap blusukan tanpa pengawalan saat bepergian ke suatu tempat. Pernah suatu ketika ia berkunjung ke butik produk kerajian kulit pari di Sawit, Boyolali, hanya ditemani sopirnya.

"Pas ke sini itu saya enggak tahu kalau itu Bu Iriana. Saya sibuk melayani pelanggan. Baru keesokan harinya ada teman datang ke sini ngasih tahu kalau beliau ke sini," tutur Agus.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper