Bisnis.com, JAKARTA—Pengusaha lokal masih mendominasi penanaman modal di sektor makanan. Kendati demikian, potensi pasar dalam negeri dinilai dapat menarik investasi asing tumbuh lebih kencang ke depannya.
Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di sektor makanan sepanjang Januari-September 2017 senilai Rp47,56 triliun yang terdiri dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp27,9 triliun dan penanaman modal asing (PMA) senilai Rp19,66 triliun.
Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, kondisi ini masih sama, yaitu PMDN di sektor makanan senilai Rp24 triliun, atau lebih tinggi dibandingkan dengan PMA yang senilai Rp22,3 triliun.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar memperkirakan masih mendominasinya pengusaha nasional di sektor makanan dan minuman ini salah satunya disebabkan kuatnya pabrikan lokal untuk beberapa komoditas, seperti mi instan dan produk berbasis kelapa sawit. Perusahaan nasional juga gencar melakukan perluasan bisnis karena permintaan pasar yang masih tumbuh baik.
“Makanan dan minuman ini kan kebutuhan utama, sehingga pasarnya masih oke dan permintaan ekspor juga meningkat, sehingga produsen seperti Indofood, Mayora, dan Garuda Food berekspansi bisnis,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (4/12/2017).
Sementara itu, perusahaan asing yang menanamkan modal di Indonesia biasanya merupakan pemain besar. Perusahaan-perusahaan tersebut membuka lini produksi di Indonesia sebagai global value chain, sehingga tidak semua fasilitas pengolahan berada di sini. “Ini indikasi mengapa PMA tidak sebesar PMDN,” ujarnya.
Dengan potensi pasar yang masih baik, investor asing tertarik untuk masuk ke Indonesia atau memperluas bisnis yang telah ada. Haris mencontohkan Coca Cola Amatil menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan berkomitmen menginvestasikan US$300 juta untuk 3 tahun ke depan.
Kendati demikian, Kemenperin tidak keberatan apabila investor asing membangun atau memperluas pabrik makanan dan minuman karena menambah penyerapan tenaga kerja dan menyumbang penerimaan pajak bagi negara.
Lebih jauh, dia mengatakan para pengusaha sektor makanan dan minuman masih optimistis dengan bisnis dalam negeri sehingga tidak menahan ekspansi bisnis mereka. Namun, Haris menilai realisasi investasi di sektor ini bisa tumbuh lebih kencang apabila masalah yang dihadapi dapat teratasi, misalnya masalah ketersediaan bahan baku.