Bisnis.com, SOLO– Pembangangunan rel kereta api dari Stasiun Balapan-Bandara Adi Soemarmo menelan anggaran yang tak sedikit. Tak kurang uang Rp115 miliar bakal tertelan hanya untuk membayar ganti rugi pembebasan lahan-lahan warga yang terdampak proyek intermoda itu.
Staf Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Tengah, Dandung Iskandar, mengatakan dana Rp115 miliar bakal terpakai untuk membebaskan lahan di Desa Sawahan, Pandeyan, Donohudan, Dibal, Sindon, hingga Ngesrep. Meski saat ini baru sebagian warga yang menerima sosialisasi, namun lahan-lahan yang bakal terkena dampak sudah terdata.
“Nanti, fix-nya setelah kami melakukan pengukuran langsung dengan tim dari BPN. Namun, perkiraan dana yang dibutuhkan untuk membayar ganti rugi mencapai Rp115 miliar,” jelas Dandung kepada JIBI, Rabu (27/12/2017).
Kompensasi senilai Rp15 miliar, menurut Dandung, berdasarkan perhitungan tim appraisal. Hitungan tersebut juga mengacu pada aturan perundangan yang berlaku. Sehingga, jika ada warga yang meminta kompensasi di luar ketentuan maka akan bertentangan dengan perundangan.
“Kalau warga minta kompensssi tinggi, ya itu kan hak warga. Namanya saja meminta, ya pastinya yang gede. Tapi, kan semua sudah diatur oleh undang-undang,” jelasnya.
Lebih jauh ia mengatakan, selama ini warga yang sudah menerima sosialisasi proyek baru warga Desa Sawahan dan Pandeyan. Warga di desa-desa lainnya dipastikan bakal menerima sosialisasi mulai Januari 2018.
“Karena ini masih musim liburan, jadi kami belum bisa bergerak cepat. Tapi, Januari nanti sudah kami mulai lagi,” terangnya.
Dandung optimistis proyek rel kereta stasiun-bandara bakal rampung akhir 2018. Menurutnya, pembangunan kontruksi rel dan tiang penyangganya tak akan memakan waktu lama. Yang memakan waktu lama, tegasnya, ialah saat pembebasan lahan.
“Kalau lahan sudah bebas, proyek bisa dipercepat. Alat-alat berat kita datangkan sebanyak mungkin untuk mengejar target,” jelasnya.
Kepala Desa (Kades) Sindon, Supardi, membenarkan bahwa warga di desanya secara resmi belum menerima sosialisasi proyek tersebut. Ia hanya bisa menanti kepastian dari tim pelaksana proyek sebelum menyampaikan kepada warganya.
“Sejauh ini, desa kami memang belum menerima sosialisasi rel kereta bandara. Kami belum tahu kapan akan dilakukan sosialisasi,” jelasnya.
Kades Pandeyan, Sukasno, berharap pembangunan rel kereta bandara tak merugikan warganya. Salah satunya, ia berharap warga dibuatkan akses jalan menuju lahan sawahnya di kanan kiri tol. “Dulu pihak tol mau membuatkan akses jalan, tapi tak kunjung dilakukan. Dan sekarang malah ada proyek rel kereta bandara di samping Tol,” terangnya.