Bisnis.com, SOLO—Sektor pariwisata di Solo bakal menghadapi tantangan yang lebih berat pada 2018. Penyetopan layanan direct flight atau penerbangan langsung Solo-Kuala Lumpur oleh maskapai Air Asia pada awal tahun menjadi kabar buruk bagi pariwisata di Solo.
Dengan penyetopan tersebut, praktis tersisa satu layanan direct flight dari Solo ke mancanegara yakni Solo-Jeddah. Market direct flight Solo-Jeddah pun bukan ke arah pariwisata, namun lebih menyasar pasar umrah. Meski demikian, masih ada rute penerbangan Solo ke mancanegara meski harus transit lebih dulu.
Para pelaku wisata dan stakeholder terkait mesti bekerja ekstra keras menumbuhkan pariwisata di Solo dengan penyetopan direct flight Solo-Kuala Lumpur. Konsorsium agen wisata Soloraya, Solo Raya Consortium (SRC) 17, misalnya, menyanyangkan penyetopan layanan penerbangan langsung tersebut.
Ketua SRC 17 yang juga Managing Director Wida Tour, Djunanto Hutomo, mengatakan pelaku wisata bakal semakin kesulitan menjual Solo karena keterbatasan aksesbilitas dengan penyetopan penerbangan langsung tersebut. Pasalnya, selama ini direct flight Solo-Kuala Lumpur memudahkan wisatawan mancanegara (wisman) saat mengunjungi Soloraya.
“Adanya direct flight tersebut membantu kami menjual Soloraya sebagai destinasi wisata. Meski dalam berjualan tersebut kami masih menggabungkan Jogja. Misalkan turun di Jogja lalu ke Solo dan pulangnya melalui Solo. Apalagi pasar wisman tersebsar Solo masih dari Malaysia,” kata dia saat dihubungi JIBI, Rabu (3/1/2018).
Dengan demikian, para pelaku wisata yang menjual Soloraya sebagai destinasi wisata hanya bisa mengandalkan bandar udara (bandara) terdekat seperti Bandara Adisutjipto, Jogja, atau Bandara Ahmad Yani, Semarang, sebagai portal wisman untuk mengunjungi Solo. Sedangkan penerbangan dengan transit masih menjadi pilhan kedua.
“Tapi kami juga tidak bisa menyalahkan maskapainya. Itu kan hitung-hitungan bisnis mereka. Yang jelas kami harus tetap semangat untuk mempromosikan dan menjual Soloraya sebagai destinasi wisata,” sambung Djunanto.