Bisnis.com, SEMARANG – Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Jawa Tengah (Jateng) beberapa bulan terakhir berimbas pada tingginya gelombang laut di perairan Laut Jawa. Alhasil, nelayan di kawasan Tambakloro, Semarang, enggan melaut dan membuat pasokan ikan menurun drastis.
Seorang nelayan Tambaklorok, Mastur, mengungkapkan sejak dua bulan terakhir tangkapan ikannya menurun drastis. Jika biasanya ia mampu menjaring ikan sekitar 1 kuintal per hari, tapi sekarang hanya 80 kg per hari.
“Sekarang dapatnya [tangkapan ikan] cuma sedikit. Banyak yang takut melaut karena ombaknya tinggi, jadi ya dapat ikannya sedikit,” beber Mastur saat dijumpai Semarangpos.com di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tambaklorok, Kamis (4/1/2018).
Pasokan ikan yang minim dari para nelayan itu pun berimbas pada naiknya harga ikan segar. Saat ini harga ikan teri di Tambaklorok mengalami kenaikan dari Rp40.000 menjadi Rp60.000.
Dengan harga sebesar itu, pembeli pun praktis menurun. Jika sebelumnya, pembeli ikan di TPI Tambaklorok juga berasal dari kalangan rumah tangga, kini hanya dari industri kuliner atau pedagang besar.
Kenaikan harga ikan segar akibat turunnya aktivitas nelayan karena cuaca ekstrem juga dikeluhkan Ketua Asosiasi Masyarakat Nelayan Indonesia (AMNI) Kota Semarang, Yuminto. Yuminta menyebutkan kenaikan harga terjadi dihampir semua jenis ikan, seperti teri, seriding, dan kempar.
“Rata-rata saat ini kenaikannya mencapai 15% dari harga sebelumnya saat kondisi cuaca masih normal,” beber Yuminto.
Yuminto menyebutkan saat ini ombak tinggi mencapai 4 meter. Bahkan, tak menutup kemungkinan gelombang air laut akan semakin meninggi sekitar 5 meter saat musim pasang air laut.
Kondisi itu pun membuat nelayan takut melaut karena khawatir akan keselamatannya. Selain itu, gelombang laut yang tinggi kerap membuat perahu nelayan rusak.
“Banyak perahu nelayan di sini [Tambaklorok] yang rusak kaena kena hempasan gelombang laut yang tinggi. Nanti ombaknya pasti lebih tinggi lagi karena pasang air laut mundur dari semula Desember sampai awal Januari jadi pertengahan Januari. Kondisi akan kembali normal kemungkinan awal Maret nanti,” tutur Yuminto.