Bisnis.com, YOGYAKARTA—Sejumlah kelompok tani mengaku mesti menutup Masa Tanam Pertama (MT I) dengan hasil yang tidak optimal. Hal itu disebut sebagai salah satu penyebab tingginya harga beras di pasaran.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Jati Makmur Lendah Kulonprogo, Tukiyana mengatakan jika panen untuk MT I telah selesai dilakukan beberapa waktu lalu. Namun, banjir yang terjadi pada akhir November 2017 lalu membuat banyak tanaman yang rusak sehingga gagal panen.
“Untuk Wahyuharjo saja, lahan yang puso itu ada sekitar 15-20 hektare,” kata Tukiyana saat dihubungi JIBI, Rabu (10/1/2018).
Tukiyana mengungkapkan, padi yang selamat pun tidak optimal hasilnya saat dipanen. Produktivitasnya menurun hingga 30 persen, yakni dari yang biasanya bisa mencapai 6,5-6,6 ton per hektare menjadi hanya sekitar 4,5 ton per hektare.
Kualitas gabah pun tidak seperti yang diharapkan. Hal disebabkan masa penyerbukan yang tergangu karena terjadi saat padi masih terendam genangan air. Menurut Tukiyana, kondisi itulah yang kemudian memicu kenaikan harga beras karena stok memang terbatas.
Tukiyana lalu mengatakan, saat ini anggotanya tengah bersiap memulai MT II. Dengan demikian, masa panen berikutnya terbilang masih lama, yakni April mendatang. Di sisi lain, dia juga tidak yakin hasilnya akan setidaknya menyamai capaian normal MT I.
“Harapan besarnya malah yang kemarin itu [MT I] karena kalau MT II biasanya tidak lebih baik dibanding MT I,” ujar dia.
Ketua Kelompok Tani Ngudi Rukun Pengasih Kulonprogo, Wagiran juga menyatakan belum ada potensi panen padi dalam waktu dekat. Para petani di kelompoknya baru memulai MT II pada akhir Desember lalu.
“Sekarang umurnya baru sekitar 20 hari. Panennya masih besok Maret atau April,” ucap Wagiran.
Kondisi berbeda terjadi di wilayah Sanden, Bantul. Ketua Kelompok Tani Ngudi Makmur DK II Srigading, Joko Suyono mengatakan, masa panen untuk MT I baru dimulai Januari ini. Namun hanya sedikit petani yang sudah melakukannya, sedangkan panen raya atau panen serentak akan berlangsung pada Februari mendatang.
Lahan pertanian seluas total 22 hektare milik para anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur DK II Srigading juga sempat terendam banjir pada awal masa tanam. Namun, tanaman padi tidak mengalami masalah berarti karena genangan air cepat surut. “Hasil panen itu biasanya bisa sampai 8 ton per hektare,” ungkap Joko.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pengadaan Operasional dan Pelayanan Publik Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) DIY, Unggul Tri Sunu membenarkan jika cuaca buruk berpengaruh terhadap pasokan beras dari para petani. Meski begitu, stok beras di gudang Bulog tetap dalam kondisi aman. Pihaknya pun selalu berkoordinasi dengan wilayah lain demi mencukupi kebutuhan masyarakat. “Stoknya cukup dan kami akan menyalurkan terus,” kata Unggul.