Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspadai Situasi Global, Pengusaha Jateng Tak Terlalu Agresif Ekspansi

Belum menentunya situasi global yang bisa memengaruhi perekonomian Indonesia membuat para pengusaha di Jawa Tengah memilih tidak terlalu agresif dalam melakukan ekspansi.
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, Jawa Tengah./Antara-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, SEMARANG - Belum menentunya situasi global yang bisa memengaruhi perekonomian Indonesia membuat para pengusaha di Jawa Tengah memilih tidak terlalu agresif dalam melakukan ekspansi.

Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Frans Kongi mengatakan para pengusaha di Jateng pasti akan lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Menurutnya, hal tersebut untuk mengantisipasi dinamika perekonomian global ynag bisa berubah dengan sangat cepat.

"Ekspansi barang tentu berhati-hati. Yang jelas, kita sedang mempertahankan industri sekarang," katanya kepada Bisnis, dikutip Senin (6/8/2018).

Dia mengungkapkan para pengusaha mencoba berpikir realistis pada tahun ini. Meskipun begitu, tambahnya, bukan berarti tidak ada harapan untuk pertumbuhan hingga akhir tahun.

"Kita bertahan bukan berarti harapan gak ada. Harapan masih tetap ada," tuturnya.

Menurutnya, banyak pengusaha di Jateng yang belum bisa memanfaatkan momentum nilai tukar rupiah. Pasalnya, sebagian besar bahan baku untuk industri di Jateng masih mengandalkan produk impor.

Sebelumnya, Wakil Ketua Bidang Investasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng Bernardus Arwin menyatakan produk-produk manufaktur kini menjadi unggulan Jateng. Hampir 2/3 ekspor Jateng disumbang dari sektor industri manufaktur tersebut.

"Jateng kuat di manufaktur. Ini jadi target menarik bagi investor dan perlu kita dorong terus," ujarnya.

Namun, dia menilai dukungan industri penunjang dalam negeri masih perlu ditingkatkan. Pasalnya, konten barang-barang penunjang umumnya masih impor.

"Yang dibutuhkan bukan hanya industri utamanya saja, tapi juga industri penunjangnya. Supporting industry kita masih banyak impor, sehingga mengurangi nilai competitiveness dari produk akhir kita," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lucky Leonard
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper