Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPJS Kesehatan Semarang Alami Defisit Sepanjang 2018

Per bulannya, BPJS Kesehatan Semarang harus membayar klaim sebesar Rp229 miliar. Namun, iuran dari peserta yang masuk hanya Rp65 miliar tiap bulan.
Warga antre mengurus kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (30/7/2018)./ANTARA-Yulius Satria Wijaya
Warga antre mengurus kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (30/7/2018)./ANTARA-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, SEMARANG -- BPJS Kesehatan KCU Semarang terus mengalami defisit karena jumlah iuran yang dibayarkan tak sesuai dengan tunggakan yang harus dilunasi.

Per bulannya, BPJS Kesehatan Semarang harus membayar klaim sebesar Rp229 miliar. Namun, iuran dari peserta yang masuk hanya Rp65 miliar tiap bulan. 

Kepala BPJS Kesehatan KCU Semarang Bimantoro mengatakan meski jumlah iuran tak sesuai dengan klaim yang harus dibayar, tapi pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah (Pemda) sudah melunasi kekurangan pembayaran tersebut.
 
"Memang sudah lama BPJS Kesehatan selalu mengalami defisit. Tapi, pemerintah sudah melunasi kekurangannya sehingga masih aman sampai sekarang," ujarnya, Jumat (4/1/2019).
 
Bimantoro menyebutkan jumlah peserta BPJS di Kota Semarang sudah mencapai 94,8% dari total penduduk. Capaian ini cukup tinggi karena masyarakat Semarang sudah sadar menjaga kesehatan mereka.
 
Sementara itu, jumlah rumah sakit di wilayah Semarang-Demak yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan adalah sebanyak 25 rumah sakit. Seluruhnya diklaim aman, terakreditasi, dan tersertifikasi.
 
Pemda diharapkan bisa mendorong semua rumah sakit di wilayah tersebut untuk bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Saat ini, masih ada tiga rumah sakit yang belum bekerja sama, di antaranya karena rumah sakit tersebut masih baru.
 
"Kalau ada yang tidak bekerja sama, nanti masyarakat dirugikan. Jangan sampai tiba-tiba tidak melanjutkan kerja sama, nanti bisa merusak sistem rujukan berjenjang, masyarakat yang dirugikan," tuturnya.
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper