Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang Properti Jateng Keluhkan OSS, Aksesnya Tersendat-Sendat

Kalangan pengembang properti di Jawa Tengah mengeluhkan pelayanan sistemOnline Single Submission (OSS) atau pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik yang belum sepenuhnya optimal. 
Online Single Submission dapat diakses di laman http://oss.ekon.go.id/web/.
Online Single Submission dapat diakses di laman http://oss.ekon.go.id/web/.

Bisnis.com, SEMARANG - Kalangan pengembang properti di Jawa Tengah mengeluhkan pelayanan sistemOnline Single Submission (OSS) atau pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik yang belum sepenuhnya optimal. 

Ketua DPD REI Jateng  MR Prijanto mengatakan sistem OSS yang diklaim dapat memudahkan izin justru membuat kalangan pengembang tersendat-sendat lantaran sistem yang belum siap. 

"Kemudahan perizinan malah agak tersendat-sendat. Sistem OSS yang mestinya tinggal klik langsung keluar, namun alatnya belum mampu, sehingga kita terhambat," katanya, Rabu (13/2/2019).

Menurut Prijanto, belum optimalnya layanan tersebut membuat pembangunan rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengalami penurunan cukup lumayan. 

Di mana pada 2016 REI masih bisa membangun sebanyak 11.500 unit rumah, turun menjadi 9.000 unit di 2017, dan 8.900 unit pada 2018. 

Pihaknya berharap sistem OSS bisa terus dibenahi agar pengembang bisa lebih cepat dalam mengurus izin. 

"Hambatan cukup banyak termasuk perizinan itu, ditambah ada pembiayaan kredit yang tidak langsung kencang setiap bulan langsung transaksi. Kemudian ketersediaan lahan juga semakin sedikit," ujarnya. 

Dia mengatakan, kesulitan lahan memang begitu terasa di Kota Semarang. Harga tanah yang sudah tinggi membuat pengembang tidak bisa membangun rumah subsidi tersebut. 

"Sedangkan kalau bangun rumah susun kesulitan ada di pembeli yang tidak mampu mengangsur, karena UMP Jateng menjadi terendah se nasional. Dua orang kerja saja tidak mampu membayar rumah susun, sehingga pengembang sulit untuk membangun," jelasnya. 

Berbeda dengan rumah non subsidi, permintaan di Semarang cukup bagus. Terlihat dari berbagai pameran yang dihelat rumah seharga Rp350 juta hingga Rp1 miliar dan Rp1 miliar-Rp3 miliar laris terjual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper