Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Kegiatan Usaha di Yogyakarta Kuartal III Bakal Meningkat

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan prospek perkembangan dunia usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada kuartal III/2019 bakal meningkat.
Wisatawan memadati kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta. Kawasan Malioboro merupakan salah satu penggerak ekonomi di Yogyakarta terutama di bidang pariwisata./Antara-Andreas Fitri Atmoko
Wisatawan memadati kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta. Kawasan Malioboro merupakan salah satu penggerak ekonomi di Yogyakarta terutama di bidang pariwisata./Antara-Andreas Fitri Atmoko

Bisnis.com, SEMARANG—Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan prospek perkembangan dunia usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada kuartal III/2019 bakal meningkat.

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY Miyono menyampaikan proyeksi peningkatan pertumbuhan kegiatan usaha tercermin dari meningkatnya perkiraan indeks saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 9,14 poin menjadi 30,53%.

Membaiknya kondisi dunia usaha dimotori oleh pertumbuhan di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor konstruksi, serta sektor industri pengolahan.

“Proyeksi keberhasilan panen menjadi kunci meningkatnya usaha di sektor agribisnis,” tuturnya pada Rabu (28/8/2019).

Hal tersebut didukung oleh faktor musiman yang cukup kondusif selama periode musim tanam dan meningkatnya produktivitas lahan, serta ketersediaan sarana produksi yang semakin baik.

Di sektor konstruksi, ekspansi usaha diperkirakan masih terjadi seiring dengan masih berjalannya beberapa proyek infrastruktur. Adapun, pertumbuhan industri pengolahan dipengaruhi oleh faktor musiman untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada akhir tahun.

Pertumbuhan sektor industri pengolahan yang cukup signifikan terindikasi dari menguatnya indeks perkiraan Prompt Manufacturing Index (PMI) menjadi 62,88% pada kuartal III/2019, naik 11,63 poin dibandingkan skor kuartal sebelumnya.

Kenaikan indeks perkiraan PMI tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya penggunaan tenaga kerja, sehingga volume produksi dan persediaan barang bertambah.

Kondisi tersebut ditunjukkan dengan naiknya angka perkiraan Indeks Tenaga Kerja menjadi 14% (naik 2 poin), Indeks Volume Produksi menjadi sebesar 20% (naik 6,88 poin), serta Perkiraan Indeks Volume Persediaan Barang Jadi menjadi 8,25% (naik 2,75 poin).

Namun, komponen lainnya seperti Indeks Penerimaan Barang Pesanan Input dan Indeks Volume Pesanan cenderung stagnan.

Sejalan dengan tumbuhnya kegiatan usaha, kebutuhan tenaga kerja dunia usaha diperkirakan melonjak pada kuartal III/2019, khususnya pada sektor konstruksi, jasa keuangan, real estat, dan jasa perusahaan.

Tingginya kebutuhan tenaga kerja pada sektor konstruksi didorong oleh meningkatnya aktivitas proyek pada kuartal III/2019.

Adapun, dalam subsektor jasa perusahaan dan jasa keuangan, kenaikan jumlah tenaga kerja dipengaruhi oleh penambahan investasi mesin baru, dan untuk mendukung operasional kantor cabang baru.

Dengan kondisi demikian, realisasi investasi dunia usaha pada kuartal III/2019 diperkirakan tetap tumbuh, meski relatif terbatas. Hal ini sebagaimana tercermin dari naiknya SBT perkiraan kegiatan investasi pada Juli—September 2019 sebesar 3,19 poin menjadi 15,35%.

Sektor konstruksi ditengarai menjadi faktor pendorong utama kenaikan investasi, sejalan dengan pelaksanaan beberapa proyek infrastruktur di DIY. Sektor lain yang diperkirakan juga mengalami pertumbuhan investasi antara lain sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa–jasa.

Sejalan dengan realisasi PDRB yang tumbuh 6,80%, hasil SKDU pada kuartal II/2019 juga mengkonfirmasi adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi di DIY. Hal ini tercermin dari terkoreksinya SBT kegiatan usaha dari 30,39% pada kuartal I/2019 menjadi 21,40%.

Namun, pelaku usaha tetap optimis, karena dari sisi permintaan konsumen terhadap produk/jasa yang dihasilkan pelaku usaha masih kuat. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di atas level optimis, yaitu sebesar 149,10, yang menunjukkan daya beli di DIY masih relatif bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper