Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Jateng Diprediksi Mencapai Puncak pada Oktober-November

Kinerja ekspor non migas Jawa Tengah diperkirakan mencapai puncaknya pada OktoberNovember 2019 seiring dengan tingginya aktivitas manufaktur.
Suasana bongkar muat peti kemas/Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas/Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, SEMARANG—Kinerja ekspor non migas Jawa Tengah diperkirakan mencapai puncaknya pada Oktober—November 2019 seiring dengan tingginya aktivitas manufaktur.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor non migas Jateng pada September 2019 mencapai US$647,49 juta, terkoreksi 7,65 persen dari bulan sebelumnya sebesar US$701,14 juta.

Namun demikian, sepanjang Januari—September 2019 ekspor non migas masih meningkat 2,01persen year on year (yoy) menjadi US$6.172,13 juta dari sebelumnya US$6.050,76 juta.

Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono, secara historis kinerja ekspor pada Oktober—November cenderung meningkat karena hari kerja yang lebih optimal. Adapun, periode liburan yang berlangsung pada Desember akan terakumulasi terhadap aktivitas ekspor Januari tahun depan.

“Secara historis, dalam kuartal IV ada kecenderungan Oktober-November [kinerja ekspor] lebih tinggi dibandingkan September. Tahun ini kita harapkan juga demikian, ada peningkatan,” ujarnya kepada Bisnis akhr pekan lalu.

Per September 2019, sektor industri pengolahan berkontribusi 92,67 persen atau US$6.059,57 juta terhadap total ekspor Jateng. Artinya, kinerja perdagangan itu akan berbanding lurus dengan aktivitas manufaktur.

Produksi manufaktur besar dan sedang di Jateng pada kuartal III/2019 tumbuh 1,05persen yoy. Industri sedang ialah yang memberdayakan tenaga kerja 20—99 orang, dan industri besar membutuhkan tenaga kerja 100 orang atau lebih.

Kelompok industri yang menunjukkan ekspansi produksi terbesar secara tahunan ialah industri minuman sebesar 62,46 persen yoy, kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer tumbuh 37,13 persen, serta kertas dan barang dari kertas meningkat 33,95 persen yoy.

“Ekspor terbesar Jateng berasal dari industri olahan. Jadi saat aktivitas manufaktur meningkat, ekspor juga akan terdongkrak,” imbuhnya.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Ratna Kawuri, Pemprov Jateng memang fokus mengembangkan industri yang berorientasi ekspor untuk memacu lebih banyak dana masuk dan meningkatkan perekonomian.

Dua lokasi yang digadang-gadang menjadi pusat manufaktur ialah Kawasan Industri (KI) Kendal, yang statusnya akan dinaikkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan KI Brebes.

“Skala industri yang dipacu tidak hanya kelas besar, tetapi juga kelas UMKM kita dorong agar berorientasi ekspor. Dua lokasi pengembangan super prioritas di Kendal dan Brebes,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper