Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei Menunjukkan Pergerakan Ekonomi Jateng Masih Terbatas

Kebijakan pembatasan sosial sebagai upaya untuk meredam penyebaran Covid-19 mengakibatkan terbatasnya pergerakan manusia.
Grafik indikator kegiatan usaha di Jawa Tengah.
Grafik indikator kegiatan usaha di Jawa Tengah.

Bisnis.com, SEMARANG - Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Jawa Tengah mengindikasikan kegiatan dunia usaha pada triwulan III 2020 mengalami penurunan tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan III 2020 sebesar -11,03 persen, meski tidak sedalam periode sebelumnya sebesar SBT -47,75 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Soekowardojo mengatakan, penurunan kegiatan usaha pada triwulan laporan tersebut masih disebabkan oleh dampak lanjutan dari pandemi Covid-19.

Kebijakan pembatasan sosial sebagai upaya untuk meredam penyebaran Covid-19 mengakibatkan terbatasnya pergerakan manusia dan barang yang berdampak pada penurunan permintaan dalam negeri dan menghambat kegiatan produksi dan investasi, serta gangguan pasokan dan distribusi barang," kata Soekowardojo melalui siaran pers yang diterima Bisnis Senin (26/10/2020).

Menurutnya, hal tersebut juga terkonfirmasi dari hasil survei konsumen dimana sepanjang triwulan III 2020 (Juli s.d. September 2020) keyakinan konsumen cenderung rendah dan berada pada level pesimis (< 100) dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 90,34.

Berdasarkan sektornya, penurunan aktivitas dunia usaha terbesar terjadi pada sektor industri pengolahan yang merupakan salah satu sektor utama di Jawa Tengah, dengan kontraksi sebesar SBT -4,17 persen.

Penurunan pada sektor industri olahan juga terkonfirmasi oleh Prompt Manufacturing Index (PMI), dimana pada triwulan III 2020 indeks PMI tercatat sebesar 37,85 persen atau terindikasi masih berada pada fase kontraksi (PMI < 50 persen).

Selain menekan sisi supply, kebijakan pembatasan sosial secara tidak langsung juga telah menekan daya beli konsumen yang bermuara pada penurunan permintaan. Selain menekan permintaan pada sektor industri pengolahan, hal ini juga telah menekan permintaan sektor lainnya.

"Salah satunya adalah sektor perdagangan besar & eceran, reparasi mobil dan motor yang mengalami penurunan kegiatan usaha sebesar SBT -3,79 persen," tambahnya.

Dia menambahkan, jika ditinjau berdasarkan kapasitas produksi, pada triwulan III 2020 rata- rata kapasitas produksi terindikasi mengalami peningkatan menjadi 68,00% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 63,84 persen.

Kendati demikian, peningkatan ini masih di bawah rata-rata kapasitas produksi pada tahun sebelumnya sebesar 72,42 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kapasitas produksi perusahaan belum mencapai kapasitas normal perusahaan sebelum periode pandemi.

"Sejalan dengan penurunan kegiatan usaha, kondisi keuangan responden juga cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut diindikasikan oleh kemampuan perusahaan untuk mencetak laba (rentabilitas) pada triwulan III 2020 yang tercatat mengalami kontraksi sebesar SB -16,58 persen, walaupun tidak sedalam kontraksi triwulan sebelumnya sebesar SB -40,18 persen," tuturnya.

Selain itu, lanjutnya rentabiltas pada triwulan laporan, berada jauh di bawah rata-rata tahun sebelumnya yang mencapai 27,90 persen. Rentabilitas yang rendah umumnya dipengaruhi oleh ketidakmampuan responden untuk melakukan penyesuaian harga jual secara optimal.

Hal ini mengingat peningkatan biaya secara relatif tidak dapat dibebankan kepada konsumen karena pada saat yang bersamaan daya beli tengah mengalami penurunan dan menekan permintaan.

Kecenderungan penyesuaian harga jual pada triwulan laporan hanya sebesar SBT 3,02 persen, sedikit di atas triwulan sebelumnya sebesar SBT 2,49 persen, namun jauh di bawah rata-ratanya pada tahun 2019 yang mencapai SBT 29,51 persen.

Rendahnya penyesuaian harga jual juga menjadi alat konfirmasi terhadap penurunan daya beli di masyarakat.
Penurunan kegiatan dan kapasitas usaha dan pada triwulan III 2020, mendorong penurunan penggunaan tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja tercatat turun sebesar SBT -12,71 persen.

Walaupun tidak sedalam penurunan triwulan sebelumnya sebesar SBT -29,14 persen, namun penuruan tersebut tercatat cukup dalam dan ditenggarai sebagai kelanjutan dari penurunan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan penurunan pada kegiatan usaha dan kondisi keuangan, realisasi investasi pada triwulan III 2020 juga terindikasi menurun. Penurunan Investasi tercatat sebesar SBT -13,80 persen, tidak sedalam triwulan sebelumnya sebesar SBT -19,34 persen.

Meskipun pada triwulan III 2020 kegiatan usaha mengalami kontraksi, responden memperkirakan kegiatan usaha akan meningkat pada triwulan IV 2020, didorong oleh pemberlakukan adaptasi kebiasaan baru (AKB) melalui penerapan protokol COVID-19 berdampak pada perkembangan mobilitas masyarakat.

Menurutnya, hal ini tercermin dari perkiraan kegiatan usaha yang bernilai SBT 9,84 persen. Optimisme peningkatan kegiatan usaha terutama terjadi pada responden sektor industri pengolahan (SBT 3,99 persen), sektor konstruksi (SBT 3,04 persen), sektor jasa keuangan (SBT 2,43 persen), sektor perdagangan (SBT 1,78 persen) dan sektor pertanian (SBT 0,87%). Namun peningkatan tersebut bersifat masih sangat terbatas, dan belum mencapai pada kapasitas normal perusahaan sebelum periode pandemi.

"Hal tersebut tersebut diindikasikan oleh proyeksi peningkatan harga yang terbatas dan proyeksi investasi yang masih mengalami penurunan. Disamping hal tersebut peningkatan yang terbatas juga terkonfirmasi pada indikator PMI yang diperkirakan masih berada pada zona kontraksi (43,81 persen)," katanya. (k28)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Alif Nazzala R.
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper