Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transisi Energi Terbarukan di Jateng Terhambat

Dukungan masyarakat dan dunia usaha diperlukan untuk menekan penggunaan energi berbahan bakar fosil.
Pekerja melakukan perawatan instalasi sumur Geothermal atau panas bumi PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (19/8/2020)./Antara-Anis Efizudin
Pekerja melakukan perawatan instalasi sumur Geothermal atau panas bumi PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (19/8/2020)./Antara-Anis Efizudin

Bisnis.com, SEMARANG – Perubahan iklim menjadi masalah global yang juga terjadi Indonesia. Tanpa penanganan serius, gas rumah kaca akan makin memperparah perubahan iklim.

Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat bahwa 70 persen gas rumah kaca dihasilkan dari pembakaran fosil. “Mau gak mau, suka gak suka, kita harus menurunkan bahan bakar fosil yang kita pakai,” ungkap Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, Selasa (2/03/2021).

Untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil, PLN bakal melakukan konversi 2 GW Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT).

Dengan potensi EBT yang melimpah, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendukung program yang dilakukan PLN tersebut. Untuk itu, berbagai proyek investasi telah disiapkan.

“Ternyata banyak sekali [potensi EBT di Jawa Tengah], waktu itu kita membicarakan gas rawa. Gas rawa itu lumayan cukup banyak [di Jawa Tengah] dan kita coba terapkan di beberapa tempat,” ungkap Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.

Berdasarkan kajian yang dilakukan, Jawa Tengah memiliki cadangan gas rawa sebesar 14.528.394 SCF. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengembangan pemanfaatan potensi gas rawa di 8 daerah di Jawa Tengah. Daerah tersebut adalah Kabupaten Sragen, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Semarang, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Grobogan.

Selain gas rawa, Jawa Tengah juga memiliki potensi panas bumi yang cukup besar. Tercatat, potensi energi yang dihasilkan dari panas bumi di Jawa Tengah bisa mencapai 517 MW. Meskipun demikian, pemanfaatan sumber energi ini masih terkendala penolakan dari masyarakat.

“Gunung Lawu sekarang mau disiapkan [proyek investasi PLTP], tapi rakyat belum setuju,” jelas Ganjar. Masalah yang sama juga terjadi di Gunung Slamet. “Sehingga protesnya [dari masyarakat] ini sebenarnya mau mengelola panas bumi atau merusak hutan?” tambahnya.

Menurutnya, keberhasilan pemanfaatan energi panas bumi seperti yang dilakukan di Pegunungan Dieng mesti dilanjutkan di wilayah lainnya. Pasalnya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencatat Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panas bumi di Dieng berhasil memproduksi 60 MW energi.

Kini, sebanyak 3 WKP di Jawa Tengah telah memasuki tahap eksplorasi. WKP tersebut berlokasi di Umbul Telomoyo, Baturaden, dan Ungaran. WKP Ungaran diproyeksikan mampu menghasilkan daya listrik sebesar 55 MW. Dukungan masyarakat diperlukan demi keberhasilan proyek ini.

“Ini potensi lokalnya cukup bagus dan ini jadi komitmen yang kuat dari teman-teman. Sambil kita mengedukasi agar masyarakat mau melakukan ini dan kita coba mendampingi dengan kekuatan yang kita miliki,” jelas Ganjar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper