Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gus Sholah: Mengkhawatirkan, Indoktrinasi Paham Radikal di Kalangan Milenial

BNPT, Densus 88 Mabes Polri, hingga personel TNI merupakan aktor penting dalam upaya pencegahan terorisme di Indonesia.
Ketua PW GP Ansor Jateng H.Sholahuddin Aly./Antara
Ketua PW GP Ansor Jateng H.Sholahuddin Aly./Antara

Bisnis.com, SEMARANG - Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Tengah menyebut indoktrinasi paham radikal melalui berbagai media seperti internet di kalangan generasi muda sudah mengkhawatirkan.

"Aksi teror di Mabes Polri oleh pelaku usia milenial ini sudah mencapai level mengkhawatirkan," kata Ketua PW GP Ansor Jateng H.Sholahuddin Aly di Semarang, Kamis (1/4/2021).

Dia meminta pihak terkait agar lebih memperkuat koordinasi dan kolaborasi untuk mencegah paham radikal di kalangan generasi muda.

Pria yang akrab disapa Gus Sholah ini mengungkapkan, ada sejumlah akun media sosial yang menyebarkan konten mengarah pada indoktrinasi paham radikal.

"Ini persoalan serius yang harus segera ditindaklanjuti oleh pihak terkait," ujarnya.

Menurut dia, aparat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus 88 Mabes Polri, hingga personel TNI merupakan aktor penting dalam upaya pencegahan terorisme di Indonesia.

Kendati demikian, lanjut dia, persoalan penanggulangan terorisme di Indonesia tidak mungkin hanya bisa dilakukan oleh aparat semata, tapi juga perlu menggandeng semua komponen masyarakat untuk memiliki tanggung jawab terhadap masa depan bangsa.

"Elemen masyarakat di semua tingkatan merupakan garda terdepan untuk mencegah bibit tumbuhnya terorisme," katanya.

Gus Sholah menegaskan, aksi teror di Gereja Katedral Makassar hingga serangan ke Mabes Polri merupakan muara dari proses indoktrinasi para pentolan teroris yang tersambung dengan para eksekutor di lapangan.

"Di sinilah pentingnya masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap penyebaran nilai atau paham yang mengarah pada radikalisme dan terorisme," ujarnya.

Kemudian, kata dia, para penganut radikalisme ini rata-rata memaknai ajaran agama dengan tafsir kekerasan yang kaku dan intoleran.

"Perlunya mengedepankan prinsip wasathiyah, pentingnya menggencarkan gerakan moderasi beragama di masyarakat," katanya mengingatkan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper