Bisnis.com, YOGYAKARTA – Produksi lobster Indonesia terus menurun. Akibatnya ekspor lobster, yang dulunya berjaya, jadi semakin lesu. Hal ini disebabkan karena adanya penyelundupan bibit lobster ke negara lain. Diduga aparat ikut bermain pada praktik kotor tersebut.
"Saya berharap di DIY tidak ada pengambilan bibit lobster. Saya hanya bisa melakukan pengawasan di bandara, itu pun kalau ketahuan. Kalau tidak ketahuan, ya, tidak bisa. Lobster itu dulu Vietnam tidak punya. Indonesia eskpor 8.000 sampai 30.000 ton sampai dengan tahun 2.000-an. Sekarang hanya 300 ton sampai 1.000 ton. Vietnam ekspornya sekarang 30.000 ton," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Hotel Grand Inna Malioboro, Rabu (1/8/2018).
Susi mengatakan, penyelundupan bibit lobster benar-benar menghilangkan potensi perikanan Indonesia. Sebab, harganya mencapai US$30 sampai US$300 per kilogram. Orang yang mengambil telur lobster bukanlah nelayan, tapi pemuda-pemuda yang dibayar oleh para mafia penyelundup bibit lobster.
Praktik ini sulit dihilangkan karena tawaran uang yang tinggi. Selain itu, aparat, baik itu pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun penegak hukum, diduga ikut bermain.
Pengambilan bibit lobster, ujar Susi, menggunakan kertas dan lampu, sehingga yang terjaring bisa mencapai ribuan ekor. Akibatnya, nelayan susah mencari lobster. Bahkan, di daerah yang dulu mudah mendapatkan lobster, seperti Sadeng dan Pacitan, untuk mendapatkan 100 kilogram saja cukup susah.
"Di Sadeng 20 tahun dulu, waktu saya masih kerja di perikanan, satu hari bisa tiga sampai lima kuintal. Kalau di hitung waktu itu harganya Rp200.000 ribu. Jadi bisa dapat Rp60 juta. Namun sekarang habis karena bibitnya diambil. Ini hal-hal yang harus diniatkan semua untuk dijaga," tegas Susi.