Bisnis.com, SEMARANG – Badan Pusat Statistik (BPS) mecatat jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Jawa Tengah pada pada Oktober 2018 tercatat sebanyak 1.895 kunjungan atau mengalami penurunan sebesar 10,49% dibandingkan bulan September 2018 yang tercatat sebanyak 2.117 kunjungan.
"Jumlah kunjungan wisman terbanyak berasal dari warga negara berkebangsaan Malaysia yaitu 878 kunjungan, disusul Singapura 320 kunjungan dan Thailand sebanyak 74 kunjungan," ujar Sentot, Senin (3/12/2018).
Sementara itu, lanjutnya Tingkat Penghunian Kemer (TPK) hotel berbintang di Jawa Tengah pada bulan Oktober 2018 tercatat sebesar 46,16%, mengalami kenaikan sebesar 1,70 poin dibanding TPK bulan September 2018 yang tercatat sebesar 44,46%. Bila dibanding periode yang sama di tahun 2017 maka TPK Oktober 2018 mengalami penurunan sebesar 1,85 poin.
"TPK bulan Oktober 2018 tertinggi terjadi pada hotel bintang 4 yaitu sebesar 51,81% dan terendah hotel bintang 1 sebesar 29.33%,"ucapnya.
Dia menambahkan, untuk Rata-rata Lama Menginap (RLM) tamu hotel bintang pada bulan Oktober 2018 tercatat sebesar 1,32 malam, turun 0,22 poin dibanding bulan September 2018 yang tercatat sebesar 1,54 malam.
"Pada bulan Oktober 2018, RLM mancanegara tercatat sebesar 1,98 malam, mengalami penurunan sebesar 0,76 poin dibandingkan bulan sebelumnya (September 2018) yang sebesar 2,74 malam. Sedangkan untuk RLM domestik tercatat 1,31 malam, mengalami penurunan 0,20 poin dibandingkan dengan periode September 2018 yang sebesar 1,51 malam," jelasnya.
Sementara itu, pelaku wisata di Provinsi Jawa Tengah menilai, kurangnya branding untuk beberapa tempat wisata. Pasalnya, selama ini Jateng hanya menonjolkan empat wisata unggulan seperti Dieng, Borobudur, Karimunjawa dan Sangiran.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Jateng Joko Suratno mengatakan, selama ini kurangnya branding dan pengelolaan masih menjadi kendala utama untuk tumbuhnya pariwisata di Jawa Tengah. Selain itu, aksesibilitas menuju tempat wisata juga harus dipikirkan oleh pemerintah.
"Selama ini yang masih jadi kendala adalah branding dan pengelolaan. Sebetulnya Jateng mempunyai banyak potensi wisata yang sedang berkembang, sehingga bantuan dari pemerintah harus dimaksimalkan," ujarnya beberapa waktu lalu.