Bisnis.com, SEMARANG - Di tengah surutnya gairah petani Jawa Tengah untuk menanam tebu, Pabrik Gula (PG) Sragi memainkan peran strategis dalam menjaga kelangsungan industri gula dan mewujudkan target swasembada gula nasional.
Berdiri sejak 1836, PG Sragi kini menjadi satu-satunya pabrik gula di wilayah barat pesisir utara Jawa Tengah yang mencakup area luas dari Tegal, Brebes, Pekalongan, Batang, hingga Kendal.
Peran PG Sragi krusial di tengah menurunnya kinerja sektor pertanian Jawa Tengah yang dahulu gemilang, terutama sejak tahun 1990-an.
Fenomena keengganan petani menanam tebu tak lepas dari tingginya biaya produksi dan harga jual yang kurang bersaing.
Tarmanto, seorang petani tebu di Pekalongan, menuturkan bahwa biaya tanam per hektare bisa mencapai Rp70 juta, meliputi sewa lahan, bibit, pupuk, upah penggarap, hingga biaya penebas dan angkut.
Kondisi ini membuat lahan tebu di Jawa Tengah, yang kini diperkirakan hanya tersisa 40.000 hektare menjadi rebutan para pemasok pabrik.
Baca Juga
Meskipun menghadapi tantangan pasokan bahan baku, PG Sragi tetap berkomitmen pada tujuannya.
Pada musim giling 2024, pabrik ini berhasil menggiling 110.000 ton tebu yang menghasilkan 6.000 ton gula.
Pada tahun 2025, target PG Sragi melonjak drastis menjadi 192.000 ton tebu giling atau naik 174% year-on-year (yoy), dengan produksi gula mencapai 12,7 ribu ton atau naik 213% (yoy). Sejak awal musim giling pada 19 Mei 2025, 70% pasokan tebu berasal dari perkebunan rakyat.
Manajemen PG Sragi, melalui keterangan tertulisnya kepada tim Jelajah Kedaulatan Pangan, menyadari pentingnya menjaga hubungan baik dengan petani.
"Kami terus melakukan kontrol dan komunikasi, meskipun secara praktiknya mereka sudah mahir. Tetapi kami berupaya untuk menjaga kemitraan ini. Petani merupakan mitra utama kami untuk tumbuh bersama dan mewujudkan swasembada gula nasional," tulis PG Sragi.
PG Sragi juga berupaya untuk meningkatkan kinerja agar petani di Jawa Tengah, khususnya di wilayah kerja pabrik, agar dapat meningkatkan pendapatan secara berkelanjutan.
Tarmanto sendiri mengaku tetap setia memasok ke PG Sragi karena faktor historis, kedekatan, dan harga beli yang relatif stabil dibandingkan harga yang sempat anjlok 3 tahun lalu.
"Setelah ada SGN [PT Sinergi Gula Nusantara], harga beli [gula] bisa menyentuh Rp1,4 juta per kuintal, itu jauh lebih baik dibanding sebelumnya," katanya.
Keberadaan PG Sragi menjadi pilar penting dalam upaya pemerintah mencapai swasembada gula pada 2029.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan bahwa swasembada pangan adalah modal penting menghadapi krisis global.
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebagai induk SGN menargetkan peningkatan produktivitas tebu petani dari 5 ton menjadi 9 ton gula per hektare pada 2029.
Dengan strategi pemerintah yang fokus pada peningkatan produktivitas, efisiensi budidaya, pemberdayaan petani, dan peningkatan pendapatan, PG Sragi diharapkan terus menjadi motor penggerak ketahanan pangan nasional dari Jawa Tengah.