Bisnis.com, SEMARANG--Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mengecam keras aksi kekerasan hingga meninggalnya Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang Tingkat II, Brigadir Dua Taruna (Brigdatar) Mohammad Adam.
Korban diduga dipukuli oleh para senior karena telah melakukan kesalahan disiplin pada Kamis (18/05/2017).
Koordinator Advokasi Nailul Faruq mengatakan kekerasan terhadap siswa di sekolah di berbagai daerah di Indonesia sudah memasuki tahap memprihatinkan.
Dia mengutip hasil penelitian JPPI dalam indeks layanan pendidikan di Indonesia pada 2016, yang disebut Right to Education Index (RTEI menyebutkan ada 3 problem utama pendidikan Indonesia yakni kualitas guru rendah, sekolah tidak ramah anak, dan diskriminasi kelompok marjinal
"Kekerasan masih dianggap sabagai bagian dari cara pembelajaran, misalnya untuk pendisiplinan. Ini salah. Semestinya pendidikan harus ditanam melalui penyadaran, bukan ancaman," katanya menyikapi aksi kekerasan di Akpol Semarang, seperti dalam rilis (Kamis (18/5/2017).
JPPI, lanjut Nailul, memandang pengawasan dari pemerintah dan dewan pendidikan terhadap kekerasan masih sangat lemah.
Kata dia, relasi senior dan junior masih menjadi tradisi di sekolah yg diwarisi turun temurun. Sangsi atas pelaku pelanggaran kekerasan disekolah masih belum mengenai semua pihak yang terlibat, tapi hanya pelaku lapangan.
Selain itu, peran komite sekolah lemah dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pelaporan atas kasus-kasus pendidikan.
"Pelaku harus diusut tuntas dan dihukum berat sesuai dengan pasal yang berlaku, sampai ada efek jera," katanya.
Menurut Nailul perlu adanya penyadaran yang kuat dari pihat terkait. Penyadaran bisa dilakukan dengan pembiasaan dan telada; menjelaskan filosofi n nilai-nilai dari perilaku.
"Jika emmberikan hukuman harus dilakukan dengan cara yang mendidik dan menimbulkan kesadaran, bukan malah membuat sakit hati dan sakit fisik," ujarnya.