Bisnis.com, BOYOLALI—Sedikitnya 19 remaja korban bisnis multi level marketing (MLM) Qnet dievakuasi petugas gabungan dari lokasi penampungan mereka di Desa Tegalrayung, Pelem, Simo, Selasa (18/7/2017).
Evakuasi itu puncak dari kemarahan warga yang merasa terusik dengan keberadaan anak-anak remaja yang setiap hari tinggal di dalam penampungan tanpa diketahui jelas pekerjaan mereka.
Pantauan JIBI di lokasi, proses evakuasi dipimpin langsung Camat Simo, Hanung Mahendra, dan dikawal aparat kepolisian, TNI dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Para remaja korban MLM itu berasal dari berbagai daerah, antara lain Pekalongan, Pacitan, Magetan, Semarang, Salatiga, Kendal, Ponorogo, Wonogiri, Sukoharjo, bahkan Kalimantan.
Mereka rata-rata mengaku ikut MLM Qnet lantaran tergiur dengan janji-janji manis akan gaji ika berabung dengan MLM itu.
"Saya ikut lantaran tergiur ajakan teman. Tapi, teman saya sudah tak di sini lahi," ujar salah satu korban dengan rona ketakutan.
Insiden evakuasi itu bermula dari perseteruan warga dengan petinggi Qnet yang juga pemilik rumah penampungan anak-anak remaja itu, Hadiyono.
Warga mengaku terusik dengan keberadaan penampungan yang setiap hari dihuni belasan hingga puluhan anak-anak remaja. Tak jarang, para penghuninya adalah anak-anak berlainan jenis.
Belakangan, warga baru mengetahui bahwa anak-anak remaja itu adalah korban yang direkrut sebagai anggota Qnet, sebuah usaha MLM yang menjual cakra, sejenis alat seharga Rp8 jutaan yang konon bisa menyembuhkan sakit.
Warga mengetehui gelagat aneh itu setelah ada salah satu orang tua dari Magetan yang ingin menjenguk anaknya di penampungan itu. Namun, orang tua itu mengaku dipersulit pengelola penampungan dan akhirnya melapor.