Bisnis.com, SOLO—Niwang Jati Sasongko, 28, sibuk memilah biji kopi di ruang depan rumah di Penumping, Laweyan, Solo, Sabtu (29/7).
Biji kopi tersebut berwarna kecokelatan setelah melalui proses roasting atau sangrai. Biji-biji kopi yang debelumnya sudah dilubangi bagian tengahnya tersebut dipilah, dibuat berpasangan dengan ukuran yang sama.
Setelah dipilah, biji kopi dirangkai dengan senar hingga membentuk sebuah gelang. Dia membuat gelang kopi bersama teman-temannya.
Di pasaran saat ini sudah banyak dijual gelang aksesori mulai dari gelang dengan manik-manik, kayu dan sebagainya dengan bentuk yang menarik.
Namun menurutnya bentuk biji kopi yang unik juga cocok untuk dijadikan gelang. Terlebih aroma kopi yang keluar, bisa menimbulkan kesan tersendiri saat memakainya.
"Kopi ini kan sudah melalui proses roasting, sehingga aromanya keluar," kata dia saat ditemui Koran Solo di rumahnya, Sabtu (29/7/2017).
Niwang mengatakan pembuatan gelang kopi tersebut terinspirasi dari oleh-oleh gelang kopi dari temannya yang pulang dari Brasil pada 2014 lalu.
Menurutnya aksesoris tesebut belum banyak dibuat di Indonesia. Sementara ada beberapa daerah penghasil kopi di Indonesia. Pada 2015 akhir, dia pun memutuskan untuk membuat aksesori tersebut untuk dijual. Dia mendatangkan kopi dari daerah Temanggung.
"Kopi yang kami gunakan adalah arabika. Alasannya aroma kopi jenis ini lebih keluar. Untuk robusta, bentuknya sebenarnya lebih bagus tapi aromanya kurang," kata dia.
Setelah diproduksi, dia mengaku mendapatkan respons baik dari teman-temannya. "Penjualannya pun bagus. Mungkin karena unik. Selain gelang, kami juga memproduksi dalam bentuk tasbih," kata dia.
Dalam sehari saat ini dirinya dapat menjual rata-rata 10 buah gelang atau tasbih kopi. Namun dia mengaku dalam sebulan pernah memproduksi hingga 1.200 buah.
Niwang mengaku tidak pernah menyetok barang. Pembuatan dilakukan setelah ada pemesanan. "Hal ini kami lakukan agar produk yang kami buat selalu dalam kondisi baru. Kami tidak menyetok barang karena khawatir aroma kopi berkurang," kata dia.
Satu buah gelang dia jual dengan harga antara Rp30.000-Rp50.000. Sementara untuk tasbih dijual dengan harga Rp75.000. Saat ini omset minimal penjualan gelang dan tasbih kopi tersebut dalam sebulan sekitar Rp7 juta. Untuk penjualan produk tersebut, dia melakukan secara on line.
Namun pembeli dapat menemukannya di beberapa kedai kopi di Solo. Dia mengatakan banyak pembeli gelang kopi dari luar solo. "Mulai dari Lampung, Semarang, Surabaya dan Jakarta. Tahun ini Kopi Bracelet milik Niwang juga menjadi salah satu peserta Inacraft dari Solo.
Setiap pembelian produk, pembeli juga akan mendapatkan tips untuk merawat produk tersebut. Menurut Niwang, gelang kopi itu sebaiknya jangan sampai terkena air. Selain itu, saat tidak dikenakan, gelang atau tasbih kopi dapat disimpan pada plastik yang sudah diberi serbuk kopi.
"Kopi sifatnya menyerap bau. Setelah itu [menyerap bau], aroma kopi hilang dan menjadi netral. Untuk memulihkan aromanya, bisa ditaruh di serbuk kopi yang sudah disangrai," kata dia.