Bisnis.com, YOGYAKARTA—Indonesia kekurangan ribuan tenaga penyuluh pertanian yang berakibat pada rendahnya produksi hasil pertanian. Situasi demikian pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Padahal petani di negeri ini sangat butuh bantuan tenaga penyuluh karena sebagian besar diantaranya menggarap lahan yang tidak luas dan berpendidikan rendah.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Momom Rusmono kepada wartawan menyebut jumlah penyuluh pertanian yang ada sampai saat ini di Indonesia adalah 44.000 ribu orang yang terdiri dari 25.000 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 19.000 tenaga harian lepas.
Namun, dari 44.000 penyuluh tersebut, hanya 32.000 saja yang benar-benar bersentuhan dengan petani, sedangkan sisanya ditempatnya di kabupaten, provinsi, dan Pemerintah Pusat. Jumlah itu tentu tidak mencukupi jika dibandingkan dengan jumlah desa yang mencapai 72.000 (desa yang punya potensi pertanian).
“Satu penyuluh artinya bisa menangani dua sampai tiga desa. Ini jelas kurang efektif. Makanya tadi saya mengajak kabupaten dan kota untuk mengusukan formasi penyuluh pertanian jika memang butuh, karena kewenangan itu ada di mereka, kami hanya bisa mengandalkan tenaga harian lepas,” terang Momon Rusmono seusai menghadiri sebuah diskusi di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STTP) Jogja, Jalan Kusumanegara, Rabu (9/8).
Ia mengakui kurangnya jumlah tenaga penyuluh memang menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Pusat, khususnya BPPSDMP, karena itu mengatakan langkah awal yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan cara meningkatkan minat petani untuk menjadi penyuluh swadaya.