Bisnis.com, JEPARA – Kontrak penyaluran gas dari Lapangan Kepodang, Blok Muriah akan dihentikan karena deklarasi kahar dari Petronas Carigali Muriah Limited.
Direktur Pengadaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Supangkat Iwan Santoso mengatakan pihaknya akan mengakhiri kontrak penyaluran gas Kepodang dengan adanya deklarasi kahar. Kondisi kahar merupakan yang terjadi di luar kendali kontraktor yang mempengaruhi operasi di Lapangan.
Pada Lapangan Kepodang, pasokan gas menurun dan realisasi penyaluran di bawah volume yang ditetapkan dalam kontrak. Kondisi kahar atau force majeur ini mengakibatkan pihak pembeli dan penjual dibebaskan dari tanggung jawabnya. Kahar memungkinkan pembeli mengakhiri kontrak penyaluran gas.
"Kalau force majeure kemungkinannya di-terminate [kontraknya]," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (30/8). Menurutnya, penyelesaian kontrak dipilih karena dari sisi harga, gas Kepodang tergolong mahal.
Gas Kepodang dijual seharga US$4,61 per MMBtu dengan eskalasi 8,6% per tahun akan dialirkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambaklorok milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebesar 1.000 mega watt (MW). Gas yang menghasilkan listrik 600 MW itu disalurkan melalui ruas pipa gas Kepodang-Tambaklorok.
Dia memperkirakan pada lima tahun mendatang harga gas dari lapangan yang memulai produksi di 2015 itu bisa menyentuh US$10 per MMBtu. Dengan demikian, kondisi kahar Lapangan Kepodang menjadi momen perseroan mencari sumber pasokan lain yang lebih terjangkau.
"Kepodang relatif mahal harganya dengan eskalasi 8%. Kalau LNG belum tentu lebih mahal," kata Iwan. Sumber pasokan lain, lanjutnya, bisa berasal dari gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) melalui pembangunan fasilitas penyimpanan dan regasifikasi baru di sekitar PLTGU Tambaklorok.
Penggunaan LNG akan mendukung pasokan dari Lapangan Gundih sebesar 50 MMscfd karena akan bertambahnya kapasitas terpasang di Tambaklorok dengan rencana pengembangan Blok 3 juga sebagai pasokan yang bisa memenuhi kebutuhan sewaktu konsumsi listrik naik dan membutuhkan pasokan gas lebih.
Seperti diketahui, anak usaha PLN, PT Indonesia Power, akan Blok 3 Tambaklorok, Semarang, berkapasitas daya 780 MW senilai Rp4,8 triliun.
Proyek pembangkit gas itu dijadwalkan mulai beroperasi pada April 2020 dengan asumsi produksi PLTGU Blok 3 Tambaklorok mencapai 3,7 GWh per tahun. Pekerjaan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and contruction/EPC) pembangkit akan dilakukan Konsorsium GE Power, Marubeni Corporation, dan PT Hutama Karya (Persero).
"Blok 3, dan pembangkit yang butuh swing loaded-nya cepat," katanya.