Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bunga di Level Terendah, Saat Tepat Mengambil Kredit Rumah

Bunga yang dikenakan dalam kredit kepemilikan rumah (KPR) oleh perbankan saat ini merupakan salah satu yang termurah dalam sejarah keuangan Indonesia.
/Abdullah Azzam
/Abdullah Azzam

Bisnis.com, SEMARANG – Bunga yang dikenakan dalam kredit kepemilikan rumah (KPR) oleh perbankan saat ini merupakan salah satu yang termurah dalam sejarah keuangan Indonesia.

Untuk itu, nasabah perlu memanfaatkan peluang terbaik ini baik untuk pembiayaan ulang maupun kepemilikan rumah baru.  

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga triwulan III/2017, jumlah KPR yang dikucurkan perbankan untuk Kantor Regional 3 yang mencakup Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai Rp20,14 triliun. Jumlah ini naik 7,1% dibandingkan dengan periode yang sama di 2016 yang tercatat sebesar Rp18,81 triliun.  

Dari jumlah ini, OJK mencatat kredit terbesar diberikan untuk pembiayaan rumah tinggal. Segmen ini menyerap kredit sebesar Rp18,79 triliun, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp17,53 triliun. 

Otoritas juga mencatat terjadi lonjakan kredit kepemilikan apartemen di wilayah Jawa Tengah. 

Meski secara nominal relatif maih kecil, segmen kredit hunian vertikal ini tercatat tumbuh 19,85% atau kreditnya dari semula Rp254,17 miliar per 30 September 2016 menjadi Rp304,63 miliar pada periode sama tahun ini. 

Sementara itu, KPR untuk segmen usaha, berupa kredit kepemilikan rumah toko (ruko) hanya tumbuh tipis sebesar 2,75% dari Rp1,02 triliun menjadi Rp1,04 triliun.  

Direktur Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Regional 3 Indra Yuheri mengatakan pihaknya memperkirakan pada 2018 menjadi kesempatan industri perbankan untuk tumbuh lebih baik, termasuk dalam segmen pembiayaan perumahan.

Apalagi, saat ini suku bunga terus bergerak ke bawah sehingga memperkuat kemampuan masyarakat untuk melakukan pembayaran cicilan. 

“Tahun depan diperkirakan konsumsi diprediksi membaik dan ini didorong dengan kredit berbasis sektor produktivitas, seperti infrastruktur dan pembiayaan sektor unggulan Jawa Tengah,” kata Indra di Semarang, Selasa (28/11/2017).  

Otoritas memperkirakan kredit di Jawa Tengah dapat tumbuh 10%-12% atau minimal sama dengan capaian nasional. Untuk 2017, dia mengakui capaian penyaluran kredit di Jawa Tengah masih berada di bawah pencapaian perbankan nasional. 

“Per triwulan III/2017, kredit tumbuh 8,76%, tetapi pertumbuhan DPK [dana pihak ketiga] di atas nasional yakni mencapai 11,7%,” katanya.   

Head of Consumer and Retail BNI Wilayah Semarang Bambang Kusumadi mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat bagi nasabah memiliki rumah baik untuk investasi, digunakan sendiri maupun pembiayaan kembali (refinancing), sebab suku bunga kredit KPR berada dalam posisi yang menarik.  

“Bahkan, kami menawarkan bagi nasabah KPR di bank lain yang sudah tidak [mendapatkan bunga] promo lagi, bisa memanfaatkan program BNI dan mendapatkan bunga yang lebih murah,” katanya.  

BNI menawarkan suku bunga untuk KPR mulai dari 7% dengan jangka waktu tertentu. Selain itu juga diberikan beragam kemudahan fasilitas bagi nasabah sesuai kebutuhan, baik untuk pembelian rumah untuk dihuni maupun digunakan untuk investasi. 

Dari portofolio KPR BNI Wilayah Semarang yang mencapai Rp1 triliun lebih, sebanyak 15%-18% merupakan segmen investasi, sedangkan selebihnya merupakan pengguna akhir (end user).  

“Dengan mengambil KPR di BNI, maka kami juga memberi kepastian developer merupakan pengembang perumahan yang terseleksi, baik dari segi kemampuan keuangan maupun perizinan,” katanya.  

Wakil Kepala Divisi UMKM dan Konsumer PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) Sukoco mengatakan potensi KPR di Jawa Tengah masih sangat tinggi. Apalagi, Bank Jateng melayani KPR untuk kredit program maupun layanan komersil.  

“Menurut saya, kami bisa tumbuh dua digit tahun depan,” katanya. 

Sukoco menjelaskan dengan ekonomi yang diperkirakan masih tumbuh di atas rata-rata nasional, maka Bank Jateng dapat menyalurkan KPR hingga Rp700 miliar di 2018.  

“Kami juga garap developer kecil, maka mereka bisa manfaatkan KPR Bank Jateng. Kami dapat membantu KPR bagi nasabah dengan tenor 10 tahun hingga 15 tahun,” jelasnya.  

Assistant Vice President PT Bank Central Asia Tbk. Ronald Krisman Laongan mengatakan permintaan kredit properti di area Semarang ke BCA sangat kuat. Untuk 2017 ini, BCA telah tumbuh 40% dari target. 

Sementara itu, pada tahun depan pihaknya memasang target moderat karena adanya pesta demokrasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah. “Tahun depan kami targetkan tumbuh 20%-30%,” kata Ronald. 

Dia mengatakan jika tidak menghitung run off  yang timbul karena nasabah melakukan pelunasan dipercepat ataupun tenor kredit telah selesai, maka BCA Semarang telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp1,1 triliun atau naik 77% dari posisi Oktober 2016.  

Menurut Ronald, tingginya pertumbuhan KPR di BCA tidak terlepas dari strategi perusahaan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi calon nasabah. Selain suku bunga yang sangat menarik yakni mulai dari 6%, pihaknya juga memberikan service level agreement (SLA) yang sangat singkat.  

“Kami dapat memberi keputusan persetujuan KPR dalam 5-7 hari kerja semenjak persyaratan lengkap,” katanya.  

Lebih lanjut, Ronal menyampaikan dalam pembiayaan rumah di Jawa Tengah, khususnya Semarang, pihaknya memperkuat kemitraan dengan pengembang, agen penjual, serta memperkuat mesin tenaga pemasar di kantor-kantor BCA.  

“Minimal setahun sekali kami bertemu untuk mendiskusikan kendala yang dihadapi dan mencarikan jalan keluarnya,” jelasnya.  

Meskipun begitu, dia mengatakan masih akan memfokuskan pembiayaan KPR kepada rumah tapak. Pasalnya, saat ini selain permintaan yang dirasakan belum tinggi, tanah di Jawa Tengah dirasakan masih cukup luas sehingga potensi pembiayaan terbesar masih pada rumah tinggal. 

“Rata-rata kami menyalurkan kredit Rp2 miliar-Rp3 miliar untuk nasabah di sini,” ungkapnya.  

Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BTN) Maryono dalam kunjungan ke Semarang mengatakan potensi pembiayaan KPR sangat tinggi. 

Dengan kebutuhan akan rumah (backlog) yang mencapai 11 juta unit, maka yang dibutuhkan hanyalah kesolidan tim untuk mau bekerja keras sehingga tumbuh kuat dan melakukan monitoring atas kredit yang dicairkan.  

“Baik dana pihak ketiga, aset, hingga laba. Itu semua rata-rata tumbuh 19%-21% [hingga triwulan III/2017]. Tahun depan kami targetkan juga sama tumbuh di atas 20%,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Editor : Herdiyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper