Bisnis.com, SEMARANG - Datangnya musim panen pada pengujung tahun 2017 tak lantas membuat harga beras di sejumlah pasar di Kota Semarang mengalami penurunan. Masih berlangsungnya musim penghujan di daerah asal pemasok ditengarai penyebab utamanya.
Dari pantauan Bisnis.com di Pasar Tradisional Peterongan, Minggu (17/12/2017), harga beras dari berbagai tipe cenderung masih tinggi. Namun, kenaikan harga tersebut tidak terlalu berjarak, hanya pada kisaran Rp500 sampai Rp1.000.
"Rata-rata ya [harga beras] naik Rp500 sampai Rp1.000, tergantung jenisnya. Tapi yang pasti belum turun sejak bulan ini," ungkap Trubus, salah satu pedagang di Pasar Peterongan asal Mranggen.
Menurutnya, tingginya harga tersebut merata pada semua jenis beras. Termasuk berbagai beras jenis C4 yang sebelumnya Ia jual pada kisaran Rp9.000 sampai Rp12.000 per kilogram. Masing-masing mengalami kenaikan menjadi Rp9.500 hingga Rp12.500 per kilogram.
Kondisi tak jauh berbeda juga dialami oleh Munsri. Pedagang beras di Pasar Induk Johar ini mengaku menjual beras Mentik Wangi dan Rojo Lele yang awalnya Rp11.000 per kilogram seharga Rp12.000 per kilogram.
Ia menuturkan bahwa masih tingginya harga beras di sejumlah pasar dikarenakan petani mengalami gagal panen. "Ya karena musim penghujan lalu dari pemasok mengaku ada gagal panen dari daerah yang diambil. Seperti di Solo, Yogyakarta, dan Demak," katanya.
Kejadian ini, menurutnya menyebabkan beras yang dialokasikan ke sejumlah pasar di Kota Semarang menjadi tersendat. Ia yang biasanya mendapat pasokan sebanyak 1 ton, kini hanya sekitar 5 kuintal.
Selain beras, beberapa harga kebutuhan pangan yang masih belum mengalami penurunan harga di sejumlah pasar di Kota Semarang, adalah tomat, cabai rawit, dan cabai merah.
Di antara ketiganya, per 17 Desember 2017, selisih harga terjauh ditemukan pada cabai merah yang dijual pada kisaran Rp33.000 hingga Rp35.000 per kilogram dari harga normal Rp25.000 per kilogram.