Bisnis.com, SEMARANG – PT Phapros Tbk. memenangkan tender obat e-katalog senilai Rp2 triliun untuk 2018-2019, berdasarkan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah.
Direktur Utama Phapros Barokah Sri Utami menuturkan nilai lelang e-katalog yang berhasil dimenangkan anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) itu naik signifikan dibandingkan dengan lelang e-katalog tahun lalu sebesar Rp 498 miliar.
Sebagai informasi, pada tahun-tahun sebelumnya periode lelang e-katalog hanya untuk satu tahun, tetapi sejak akhir 2017 berubah menjadi langsung dua tahun.
“Ke depannya kami akan pastikan agar suplai produk tetap baik dan terjaga sehingga kami bisa memberikan yang terbaik untuk menyukseskan program JKN [Jaminan Kesehatan Nasional] BPJS Kesehatan,” tutur ibu yang biasa akrab disapa Emmy ini, Kamis (8/2/2018).
Menurut Emmy, peluang Phapros untuk masuk ke pasar e-katalog dari tahun ke tahun dinilai semakin besar. Pada 2013, nilai anggaran belanja negara untuk produk e-katalog di sektor kesehatan mencapai lebih dari Rp4 triliun.
Lalu, angka tersebut semakin meningkat pada 2017-2018 yang mencapai Rp9 triliun. “Hal itulah yang mendorong Phapros untuk bisa memberikan kontribusi positif di era JKN seperti saat ini.”
Berdasarkan pengumuman yang disampaikan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) pada akhir 2017 lalu, setidaknya ada 27 jenis obat paket lelang yang dimenangkan Phapros.
Jumlah tersebut masih di luar sembilan jenis obat paket tambahan senilai lebih dari Rp40 miliar. Dengan demikian, total obat yang dimenangkan Phapros adalah sebanyak 36 jenis.
Adapun dari 36 jenis obat yang dimenangkan Phapros dalam e-katalog, kontributor terbesar adalah tablet tambah darah (TTD) dan fixed-dose combination (FDC) sebagai obat tuberculosis (TB), yakni mencapai lebih dari Rp300 miliar.
Emmy menambahkan Phapros memiliki kekuatan di produk obat TB dan TTD.
TTD dan FDC merupakan program pemerintah. Saat ini pemerintah sedang aktif berusaha menurunkan penderita anemia pada remaja dan ibu hamil yang berujung menurunkan angka kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis (stunting) akibat kekurangan gizi dan kasus TB yang angkanya masih besar di Indonesia.
“Dengan dimenangkannya TTD dan FDC bisa semakin menguatkan komitmen kami untuk berkontribusi mengatasi kedua masalah utama di bidang kesehatan tersebut,” tambahnya.
Menurutnya, optimalisasi kapasitas produksi yang didanai oleh penerbitan medium term notes (MTN) juga diarahkan untuk produksi kedua jenis obat tersebut.