Bisnis.com, SOLO—Januari lalu, Hari Wibowo, 40, warga Kartasura, Sukoharjo, bepergian untuk sebuah tugas pekerjaan ke Jayapura. Dia terbang ke Jayapura via Makassar dengan menggunakan maskapai penerbangan Sriwijaya Air.
“Januari lalu kebetulan saya pakai maskapai itu, lewat Makassar saya bertolak ke Jayapura. Bagi saya rute ini sangat membantu apalagi saat itu, Sriwijaya Air berangkat dari Solo pukul 19.20 WIB, kemudian sampai Makassar hampir tengah malam, dan untuk menunggu penerbangan selanjutnya ke Jayapura tidak terlalu lama,” kata Hari, saat berbincang dengan JIBI, Selasa (20/2).
Bulan depan, dia punya rencana untuk bepergian lagi ke Sorong. Beberapa hari lalu dia mencoba cek kembali maskapai yang melayani penerbangan ke wilayah Indonesia timur. Salah satu referensinya adalah Sriwijaya Air rute Solo-Makassar, yang pernah dia tumpangi sebelumnya.
“Saya cek kok sudah nggak ada,” tutur dia. Sampai saat ini, dia belum mencari alternatif maskapai yang melayani rute sama, atau setidaknya yang memiliki koneksi sampai Sorong. Lion Air misalnya, yang juga punya rute Solo-Makassar tapi untuk jam pagi, 06.05 WIB.
“Ya itu bisa, tapi saya masih berharap Solo-Makassar yang jam penerbangan malam bisa dibuka lagi,” kata dia.
Tambahan Penerbangan 2017 | ||
Wings Air | Solo-Lampung | 21 Juni |
Solo-Banjarmasin | 21 Juni | |
Solo-Lombok | 20 Agustus | |
Lion Air | Solo-Palembang | 9 Juni |
Denpasar-Solo-Cengkareng | 29 Oktober | |
Sriwijaya Air | Makassar-Solo-Cengkareng | 20 Desember |
Lion Air | Solo-Jeddah | 28 Oktober 2017 |
Seperti diketahui, sejak Oktober 2016 rute penerbangan dari Bandara Adi Soemarmo Solo makin bervariasi. Sejumlah maskapai mulai berani menerbangkan pesawatnya dari Solo ke kota-kota lain selain Jakarta, bahkan Lion Air menjadikan bandara Solo sebagai hub untuk kemudian terbang ke berbagai kota di luar Jawa. Seperti Balikpapan, Lombok, Palangkaraya, Banjarmasin, Pontianak, Makassar, dan Tarakan. Sayangnya, usia maskapai di rute-rute itu tidak semuanya berumur panjang.
“Saya dulu sering naik pesawat direct flight Solo-Balikpapan. Dulu sehari bisa dua kali penerbangan, terus berubah sehari sekali, terakhir yang saya ketahui dalam sepekan hanya melayani di hari Rabu, nggak tahu lagi sekarang,” kata warga Solo, Prima Damayanti, 34.
Sebagai pengguna jasa maskapai penerbangan, Prima dan keluarganya sangat membutuhkan konsistensi pelayanan dari penyedia jasa. “Mungkin sekarang kalau mau terbang langsung Solo ke Balikpapan masih bisa, tapi sepertinya jadwalnya berubah-ubah. Saudara saya dari Balikpapan kalau mau ke Solo beberapa kali selalu turun di Jogja.”
Salah satu rute yang dipastikan tutup adalah Solo-Tarakan, Kalimantan Utara dan Solo-Pontianak. Untuk rute lainnya, Lion Air Grup masih melayani tapi dengan pesawat lain yakni Wings Air.
“Untuk Surabaya, Lombok, Banjarmasin, Lion Air memang sudah menutup rute itu. Sekarang rute itu dilayani Wings Air dengan pesawat pengumpan jenis ATR, masih satu grup dengan Lion Air,” tutur Airport Operation, Services, and Hospitality Section Head PT AP I Bandara Adi Soemarmo, I Wayan Ova Arantika.
Ada yang ditutup, ada pula rute baru. Tahun lalu, Lion Air menambah rute penerbangan langsung ke Palembang dan rute ini masih bertahan sampai sekarang. Sedangkan Sriwijaya Air pada akhir 2017 menambah rute ke Makassar namun harus berhenti sementara per 6 Februari lalu.
Penutupan rute yang cukup memukul Solo tahun lalu adalah penerbangan Internasional ke Kuala Lumpur. Dua maskapai, yakni Lion Air per 15 Maret dan Air Asia per 16 Januari 2018, menutup rute itu. Saat ini, Solo tak lagi punya penerbangan langsung ke luar negeri selain ke Jedah, yang kebanyakan untuk melayani pasar umroh.
“Sebenarnya kami terus berusaha memperkuat strategi khususnya konektivitas menuju bandara. Strategi ini bukan hanya dari kami tapi memang seharusnya bersinergi dengan pemerintah daerah maupun kementerian,” tutur Wayan.
Salah satu peluang untuk memperkuat konektivitas itu antara lain akses tol Semarang-Solo yang bakal dibuka tahun ini serta proyek kereta bandara.
Pembangunan infrastruktur itu harapannya tidak hanya menarik warga Solo tetapi juga warga Jogja dan sekitarnya untuk terbang melalui Bandara Adi Soemarmo Solo.
Rute Ditutup Sepanjang 2017-2018 | |||
Maskapai | Rute | Dibuka | Ditutup |
Lion Air | Solo-Surabaya | 7 Oktober 2015 | 6 Maret 2017 |
Batik Air | Solo-Halim | 16 September 2016 | 11 Juli 2017 |
Lion Air | Solo-Lombok | 7 Oktober 2016 | 21 Agustus 2017 |
Solo-Banjarmasin | 7 Oktober 2016 | 11 Juli 2017 | |
Solo-Pontianak | 7 Oktober 2016 | 1 April 2017 | |
Solo-Tarakan | 30 Oktober 2016 | 6 Januari 2017 | |
Sriwijaya Air | Solo-Makassar | 20 Desember 2017 | 6 Februari 2018 |
Lion Air | Solo-Kuala Lumpur | 22 Feb 2017 | 15 Maret 2017 |
Air Asia | Solo-Kuala Lumpur (3x sepekan) | 17 Januari 2017 | 16 Januari 2018 |
Sumber: PT Angkasa Pura Bandara Adi Soemarmo Solo. |
Saat ini, pihak PT Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo Solo masih negosiasi agar rute Solo-Kuala Lumpur itu kembali dibuka.
“Untuk Kuala Lumpur-Solo, kami sudah melihat pengajuan dari pihak Lion Air, untuk buka rute itu pada Maret mendatang. Cuma sayangnya untuk Solo-Kuala Lumpur belum ada, jadi kan sayang kalau hanya setengah jalan,” kata Wayan.
Dengan rute-rute yang masih bertahan, Bandara Adi Soemarmo Solo setiap harinya melayani 64 kali penerbangan, dengan rata-rata jumlah penumpang 8.000 orang per hari, baik penumpang datang maupun berangkat.
Ketua Association of Indonesian Tour and Travel Agencies (Asita) Solo, Daryono, mengapresiasi maskapai yang sampai saat ini masih eksis melayani rute penerbangan ke Indonesia timur, meskipun pengalaman selama ini maskapai jarang bisa mapan di rute selain Jakarta.
“Indonesia timur itu sangat potensial. Sayangnya, komitmen maskapai dengan membuka rute-rute itu belum diikuti gereget dari pemerintah daerah di Soloraya untuk menyambut atau memanfaatkan adanya rute-rute itu,” kata Daryono.
Maskapai tidak bisa sendirian membangun pasar. Infrastruktur penerbangan salah satunya bandara harus dipahami bukan lagi sekadar tempat untuk menaikkan atau menurunkan penumpang pesawat terbang.
“Cara pandang ini harus diubah. Bahwa bandara dan penerbangan itu adalah bagian dari pengembangan ekonomi daerah. Sudah saatnya, kepala daerah di Soloraya ini menyambut apa yang sudah dilakukan Lion Air, Sriwijaya Air, maupun maskapai lainnya.”
Soloraya punya peluang untuk memanfaatkan fasilitas penerbangan itu bukan hanya untuk mendongkrak sektor pariwisata. Pemerintah saat ini sedang getol membangun infrastruktur di wilayah timur, artinya banyak peluang dari sektor jasa, perdagangan, dan bisnis, yang bisa dikembangkan dari sana.
“Saya kira, rute-rute yang dibuka maskapai itu bukan hanya untuk kepentingan mereka tapi juga semua pihak, tinggal bagaimana Soloraya ini memanfaatkan.”
Sebelumnya, Station Manager Lion Air Solo, Adhitya Yudha, mengatakan pasar penumpang pesawat untuk wilayah Indonesia timur sangat potensial asal digarap serius. Selain Solo-Makassar yang rata-rata bisa mendapatkan load factor 70%, bahkan saat peak season bisa 80%-90%, Lion Air juga masih bertahan dengan rute Solo-Denpasar-Kupang.