Bisnis.com, SEMARANG - Kendati nilai tukar rupiah terus merosot hingga nyaris menyentuh Rp15.000 per dolar AS, pengusaha di Jawa Tengah menyatakan belum ada dampak negatif yang signifikan. Namun, sektor manufaktur akan lebih terdampak karena lebih dari 81% impor Jateng adalah bahan baku industri.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengatakan dampak dari nilai tukar rupiah tersebut memang sudah terasa, tetapi belum signifikan. Pihaknya pun cukup optimistis kondisi perekonomian Indonesia masih akan tetap kuat.
"Kami masih optimistis. Kenapa tidak? Tingkat inflasi kita pun masih baik. Dampak rupiah ini juga belum signifikan," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (5/9/2018).
Selain itu, daya beli masyarakat pun diklaim masih baik, sehingga roda perindustrian masih tetap terjaga. Menurutnya, kegiatan ekspor-impor maupun permintaan produk industri di dalam negeri tetap tinggi.
"Pengusaha, terutama yang manufaktur mungkin memang sedikit terganggu karena bahan baku mereka kebanyakan impor, tapi belum ada kepanikan sama sekali. Yang jelas kami masih optimistis, tapi tetap waspada," tuturnya.
Meskipun begitu, dia berharap rupiah bisa kembali menguat. Menurutnya, level Rp15.000 per dolar AS merupakan batas psikologis bagi para pengusaha.
Seperti diketahui, impor bahan baku di Jateng sangat dominan dengan mencapai 81,54%. Adapun impor barang modal dan barang konsumsi masing-masing 11,01% dan 7,45%.