Bisnis.com, GUNUNG KIDUL – Tenang dan damai. Itulah yang akan dirasakan setiap orang yang berkunjung ke Gua 'Maria Perantara Wahyu' Tritis, atau biasa dikenal Gua Maria Tritis di Dusun Bulu, Desa Giring, Kecamatan Paliyan.
Lokasinya yang jauh dari pemukiman penduduk ditambah rimbunnya pepohonan di sekitar gua membuat kesan damai itu tak dapat terelakkan. Tak ada kebisingan, pun polusi udara. Sehingga tempat ini sangat cocok untuk pengunjung yang ingin merasakan ketenangan.
Bagi pengunjung yang hendak ke gua, harus berjalan kaki kurang lebih 500 meter atau sekitar 20 menit perjalanan dari tempat parkir. Dalam perjalanan ini, para pengunjung akan melihat keindahan alam khas Gunungsewu yang terdiri dari perbukitan dan kebun jati. Tidak hanya itu, sambutan ramah para petani akan mereka jumpai jika datang waktu pagi atau sore hari.
Sampai di mulut gua, pengunjung akan melihat meja altar dan patung Bunda Maria yang berada di sisi kanan menjorok ke dalam. Di samping kanan gua terdapat sebuah kolam air yang biasa digunakan para peziarah. Ya peziarah dari umat Katolik.
Meski digunakan sebagai tempat ziarah umat Katolik, masyarakat dari agama lain tetap dipersilahkan untuk berkunjung. Sebab fungsi gua ini juga sebagai tempat wisata seperti halnya gua-gua lain di Gunungkidul.
Menurut salah satu Panitia Novena 2018, Aleksander Puji Lestanto, Gua Maria Tritis merupakan lokasi berziarah umat Katolik yang berada di bawah Paroki Wonosari. "Sudah sejak lama menjadi tempat berziarah kami," ujarnya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia, Jumat (7/9/2018).
Menurut sejarah yang bisa dibaca saat berkunjung ke Gua Tritis, awalnya paroki Wonosari dipimpin oleh Rm Arcadius Donyawahjana Sj yang bertugas dari tahun 1963 hingga 1973 bersahabat dengan tokoh agama Budha bernama S. Hadisumarta.
Keduanya sering datang ke makam Ki Ageng Giring dan Gua Maria Tritis yang saat itu belum memiliki nama. Tujuan mereka datang adalah untuk melakukan meditasi.
Menjelang perayaan Natal 1974, Pastor Proki R, Al. Hardjaasudarma SJ mendengar cerita seorang anak SD. Anak tersebut bercerita tentang keindahan gua yang tak jauh dari ladangnya. Setelah bertanya diketahui jika Rm Arcadius sering datang bersama sahabatnya Hadisumarta. Dari situlah timbul ide agar umat Katolik berdoa di sana.
Singkat cerita pada 1977 gua ini resmi dibuka dan diberkati oleh Rm Siegfried Zagnweh SJ yang juga merupakan pastor paroki Wonosari. Di waktu yang bersamaan, patung Bunda Maria tengah dalam proses pembuatan.
Adapun, nama Tritis diberikan karena adanya tetesan air yang bersumber dari stalaktit yang ada di atas gua. Sementara nama Maria Perantara Wahyu disematkan usai patung Bunda Maria diberkati oleh Uskup Agung Semarang, Mgr Yoh, Pujasumarta pada 2012.
Puji mengatakan ramainya kunjungan peziarah biasanya berlangsung pada Mei yang merupakan bulan Maria menurut kalender Katolik.
Salah satu pengunjung asal Yogyakarta, Maria Agustina mengaku senang berkunjung ke gua ini. Sebab selain sepi, keindahan gua yang alami membuatnya lebih khusyuk beribadah. "Di sini adem, saya bisa lebih khusyuk beribadah," ucapnya.