Bisnis.com, SEMARANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah sebesar 29,65 ribu orang pada Maret 2025.
Secara kumulatif, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah dilaporkan mencapai 3,367 juta jiwa atau turun 0,10% dibandingkan September 2024.
"Dibandingkan September 2024, Indeks Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan pada Maret 2025. Selain itu, ketimpangan pengeluaran diukur berdasarkan Gini Ratio, pada Maret 2025 tercatat 0,359, turun dibanding September 2025," kata Endang Tri Wahyuningsih, Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Kamis (31/7/2025).
Endang menjelaskan bahwa BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar atau Basic Needs Approach untuk menentukan tingkat kemiskinan.
Dalam hal ini, tingkat kemiskinan dilihat dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar baik berupa makanan maupun bukan makanan.
Di Jawa Tengah, garis kemiskinan pada Maret 2025 berada di angka Rp537.812 per kapita per bulan atau naik 3,21% dibanding September 2024.
Baca Juga
BPS Provinsi Jawa Tengah juga mencatat kian menyempitnya disparitas kemiskinan antara wilayah perkotaan dan perdesaan.
Tercatat tingkat kemiskinan pada Maret 2025 di perdesaan 9,92%, sementara tingkat kemiskinan di perkotaan sebesar 9,10%.
Endang menjelaskan sejumlah faktor yang berperan dalam penurunan jumlah penduduk miskin tersebut. Salah satunya adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang diklaim berada di angka 4,33% pada Februari 2025 atau lebih rendah dari TPT Agustus 2024 yang mencapai 4,78%.
Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi secara tahunan atau Year-on-Year (YoY) sebesar 4,96% pada Kuartal I/2025 ikut memberikan kontribusi positif pada indikator kemiskinan. Hal tersebut diperkuat dengan perkembangan inflasi yang relatif terjaga di 0,75% pada Maret 2025.
"Fokus Bapak Gubernur (Ahmad) Luthfi pada ketahanan pangan terbukti berdampak positif terhadap pengendalian inflasi dan penurunan kemiskinan. Produksi padi pada Kuartal I/2025 mencapai 2,94 juta ton gabah kering giling, naik signifikan dibandingkan periode sebelumnya 2,55 juta ton gabah kering giling," kata Endang.
Arus investasi juga menjadi sumber pertumbuhan Jawa Tengah. Endang menyebut, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Batang dan Kendal telah berkontribusi pada peningkatan penyerapan tenaga kerja serta aktivitas ekspor-impor di Jawa Tengah.
"Investasi juga memberikan kontribusi terhadap penurunan kemiskinan," ucapnya.