Bisnis.com, SOLO – Nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah yang meningkat sejak sekitar dua atau tiga bulan terakhir diprediksi akan berdampak pada kinerja bisnis perhotelan. Meskipun secara rinci, dampak tersebut baru bisa dilihat di tahun berikutnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Perwakilan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo Bidang Humas dan Promosi, yang juga General Manager The Alana Hotel, Sistho A. Sreshtho, saat ditemui wartawan di The Alana Hotel belum lama ini.
Dia mengatakan dampak tersebut akan muncul baik di lingkup internal maupun eksternal hotel. "Kalau dibilang apakah ada dampaknya? Saya katakan ada. Dampaknya bisa dilihat dari dua aspek, internal dan eksternal," kata dia.
Secara eksternal, hal itu juga terpengaruh dari keberadaan Solo dan sekitarnya sebagai kota bisnis. Pengunjung yang memanfaatkan hotel di Solo banyak dari kalangan bisnis. Sedangkan budget tamu bisnis tersebut juga ditentukan oleh budget dari perusahaan yang biasanya dianggarkan dengan mengacu nilai dolar.
"Kemudian untuk pembuatan budget akan dibuat di September atau Oktober. Misalnya saja tahun ini dolar dianggarkan Rp14.200, tahun depan mungkin Rp14.700. Itu akan berdampak pada perusahaan tersebut. Karyawan yang tadinya bisa menginap di hotel bintang empat atau lima, mungkin tahun depan akan downgrade," kata dia.
Sedangkan dampak internal, kenaikan nilai tukar dolar juga akan berdampak pada pengeluaran hotel.
"Seperti perusahaan lain, hotel juga akan melakukan hal yang sama. Dalam membuat budget tentu akan melihat kurs dolar seperti apa. Mengingat sebagian rawmaterial atau bahan baku didatangkan dari luar negeri. Misalnya daging [impor], alkohol dan sebagainya. Tentu ada dampaknya. Belum lagi dengan kunjungan kerja atau kegiatan bisnis dan lain-lain," kata dia.
Sementara secara pasti, dampak tersebut belum bisa diketahui dalam waktu dekat ini. Menurut Sistho, dampak tersebut baru bisa dibaca tahun depan. "Tapi yang jelas ada. Mudah-mudahan tidak akan banyak berdampak," kata dia.
Terkait dengan harga bahan baku yang didatangkan dari luar negeri, dia mengatakan belum ada dampak signifikan.
Sedangkan dari sisi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), Sistho menilai Solo merupakan kota yang belum bisa banyak menarik kunjungan wisman.