Bisnis.com, SEMARANG - Kian lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat meningkatkan risiko kenaikan harga properti di Jawa Tengah.
Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jateng MR Prijanto mengatakan sejauh ini para pengembangan belum menaikkan harga untuk properti yang masih dalam tahap pembangunan. Namun, dengan adanya beberapa material yang harus diimpor, harga properti berpeluang naik.
"Untuk sekarang belum ada yang menaikkan harga karena mungkin kontrak-kontrak pembelian barang dilakukan sebelum dolar sedang tinggi-tingginya," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Dia mengungkapkan beberapa barang impor yang bisa mendorong peningkatan harga properti tersebut antara lain baja, lift, maupun ekskalator. Namun, Prijanto mengaku belum bisa memperkirakan berapa potensi kenaikan harga properti apabila nilai tukar rupiah tetap bertahan di kisaran Rp15.000 per dolar AS.
Menurutnya, saat ini justru jadi momen yang tepat bagi calon pembeli untuk segera melakukan transaksi. Hal tersebut untuk mengantisipasi kenaikan harga yang bisa terjadi dalam waktu dekat.
"Justru sebelum naik segera ambil. Kalau yang mulai bangun sekarang-sekarang mungkin harganya sudah naik," ujarnya.
Adapun sepanjang tahun ini DPD REI Jateng menargetkan penjualan 10.000 unit properti setelah sempat mengalami penurunan pada tahun lalu.
Dia menjelaskan pada 2016 penjualan properti di Jateng mencapai sekitar 11.500 unit. Jumlah tersebut anjlok sekitar 15% menjadi 9.800 unit saja di 2017.