Bisnis.com, SEMARANG — Belum meratanya informasi yang diterima masyarakat terkait pentingnya asuransi membuat potensi bisnis di sektor tersebut masih terbuka lebar untuk bisa dioptimalkan.
Perwakilan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Anggia N. Sasanti mengatakan pada tahun lalu hanya 12% dari penduduk Indonesia yang memiliki asuransi. Tak jauh berbeda dengan persentase tersebut, tingkat literasi asuransi pun masih berada di kisaran 15%.
"Inilah yang terjadi saat ini. Padahal, potensi pangsa pasar asuransi sangat besar," katanya, dalam acara Insurance Day 2018 di kampus Universitas Diponegoro (Undip), Kamis (18/10/2018).
Dia mengungkapkan ada beberapa alasan mengapa tingkat penggunaan asuransi di Indonesia rendah. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang masih rendah menjadi dua di antaranya.
Selain itu, sosialisasi mengenai pentingnya asuransi masih belum dilakukan secara masif. Terakhir, kurangnya kesadaran masyarakat terkait risiko.
"Menurut saya pribadi, banyak masyarakat di Jawa yang masih tinggi hope of fortune-nya. Cenderung mengesampingkan risiko," ujarnya.
Meskipun begitu, dia optimistis industri asuransi akan terus bertumbuh. Adapun sepanjang semester I/2018, pendapatan premi asuransi umum telah mencapai Rp33,1 triliun atau tumbuh 11% dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp29,84 triliun.
Indonesia pun memiliki populasi kelas menengah yang terus tumbuh secara signifikan. Hal tersebut turut diperkuat oleh tingkat ekonomi yang semakin meningkat.
"Jangan lupa juga awareness soal asuransi pastinya meningkat dengan beberapa kejadian [bencana alam] yang menimpa Indonesia baru-baru ini," tuturnya.