Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Turun, DIY Deflasi 0,08%

DI Yogyakarta tercatat mengalami deflasi sebesar 0,08% pada Februari 2019.
Peternak mengumpulkan telur ayam di Denggungan, Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (26/12/2018)./ANTARA-Aloysius Jarot Nugroho
Peternak mengumpulkan telur ayam di Denggungan, Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (26/12/2018)./ANTARA-Aloysius Jarot Nugroho

Bisnis.com, YOGYAKARTA -- Daerah Istimewa Yogyakarta mencatatkan deflasi sebesar 0,08% pada Februari 2019 akibat turunnya permintaan. 

Dibandingkan dengan Februari 2018, DI Yogyakarta mendulang deflasi 2,53%. Secara tren, Februari identik dengan penurunan tekanan inflasi.

Dengan realisasi tersebut, laju inflasi tahun kalender 2019 tercatat sebesar 0,34% year-to-date (ytd), yang menjadi level terbaik sejak 2015. Pencapaian kali ini juga sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi DIY pada Februari dalam 3 tahun terakhir, sebesar 0,07% secara month-to-month (mtm).

Bila melihat komponen inflasi, tekanan inflasi inti tercatat 0,23% mtm, lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Inflasi inti pada Februari 2019 dipengaruhi komoditas konstruksi, yang memicu peningkatan tarif komoditas pasir dan kayu balok. Sementara itu, peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) pada awal tahun mulai menunjukkan dampaknya pada peningkatan upah pembantu rumah tangga.

Kemudian, komponen administered price mengalami deflasi sebesar 0,42% mtm atau menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Usai berakhirnya libur Natal dan Tahun Baru, permintaan terhadap angkutan udara turun sehingga menyebabkan tarif angkutan udara cenderung menurun. Salah satu pendorong deflasi yakni penurunan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamina per 10 Februari 2019.

Komponen volatile food kembali mengalami penurunan tekanan menjadi deflasi sebesar 0,89% mtm. Deflasi tersebut dipengaruhi oleh mulai stabilnya pasokan telur ayam ras dan daging ayam ras sehingga harga komoditas tersebut kembali menurun.

Panen raya padi yang diproyeksi terjadi sejak akhir kuartal I/2019 diperkirakan semakin menjaga pasokan dan harga komoditas pangan menjadi stabil.

Pada 2019, Bank Indonesia (BI) bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) berkomitmen terus memantau perkembangan harga dan kecukupan stok pangan. Direktur Eksekutif Kantor Perwakilan BI DI Yogyakarta Budi Hanoto mengatakan peningkatan sinergi dan koordinasi antar lembaga di TPID wilayah tersebut menjadi penting dan kerja sama antar daerah akan terus dikembangkan lagi. 

"Dengan demikian, diharapkan stabilisasi harga di daerah dapat terus terjaga dan sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5% plus minus 1% year-on-year (yoy) dapat tercapai," paparnya dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Sabtu (2/3/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper