Bisnis.com, SEMARANG - Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah menargetkan bauran energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) mencapai 17 persen pada 2025.
Kepala Dinas ESDM Jateng Sujarwanto Dwiatmoko menyampaikan, sesuai arahan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada 2025 mencapai 23 persen.
Untuk mencapai target itu, Pemprov Jateng mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
“Untuk mengejar target bauran EBT 23 persen, kami mengutamakan energi surya dan panas bumi, karena potensinya di Jateng sangat besar. Harapannya kedua [PLTS dan PLTP] dapat berkontribusi 16 persen-17 persen terhadap total kebutuhan energi Jateng pada 2025,” tuturnya kepada Bisnis, Selasa (17/9/2019).
Pada tahun ini, bauran EBT dari total pemakaian energi di Jateng mencapai 10,7 persen. Persentase itu meningkat 2 kali lipat dibandingkan 2015 sebesar 5 persen.
Di sektor PLTS, sambung Sujarwanto, Dinas ESDM memacu penggunaan PLTS atap. Instalasi pemakaian energi matahari itu bisa digunakan di perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan, bahkan pabrik industri.
Dalam dua tahun terakhir, baru 3 instansi yang menggunakan PLTS atap. Salah satunya ialah kantor Dinas ESDM Jateng dengan kapasitas 35 kilo watt hour (kWh), yang menghemat ongkos pemakaian listrik hingga 31 persen.
Sistem PLTS atap yang digunakan ialah on grid, artinya daya listrik dimanfaatkan langsung saat siang untuk kegiatan operasional, dan saat tetap malam memakai suplai dari PLN. Bila ada kelebihan tenaga pada siang, listrik itu dapat dijual ke PLN.
“Nanti setiap bulan ada rekapnya dari PLN, berapa listrik yang kami pakai, berapa yang kami jual. Penghematannya mencapai 30 persen, makanya ini kami dorong untuk bangunan-bangunan lain memakai PLTS atap,” ujarnya.
Pada 2020, ada 17 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyiapkan penggunaan PLTS atap. Masing-masing instansi memasang instalasi berdaya 30—35 kWh.
Selain pihak Pemprov Jateng, perusahaan swasta juga tertarik menggunakan PLTS atap, untuk menghemat sisi operasional. Salah satu yang akan menggunakannya ialah hotel bintang 5, PO Hotel di Semarang, dan perusahaan di Kawasan Industri Kendal (KIK).
Surjarwanto menyebutkan, selain PLTS, Jateng memiliki potensi besar dalam pengembangan PLTP. Bahkan potensi daya panas bumi di seluruh area mencapai 5.000 MW.
Saat ini, ada 6 titik panas bumi yang ditangani sejumlah lokasi, seperti di Gunung Ungaran, Gunung Lawu, Baturaden, Guci, Telomoyo, dan Dieng.
PLTP Dieng berdaya 55 MW sudah beroperasi, dan akan ditambah 10 MW dalam waktu dekat. Dalam dua tahun ke depan, PLTP Dieng akan menambah kapasitas 55 WM, hingga nantinya dapat menghasilkan 120 MW.
Di Gunung Slamet, potensi daya PLTP mencapai 60 MW. Saat ini masih dalam proses pengeboran di Welpad H.
“Memang kesulitannya kalau PLTP ialah mencari titik panas buminya yang pas. Tapi potensinya sangat besar dan sangat ramah lingkungan. Selain itu, penggunaan lahannya pun tidak terlalu luas seperti PLTU,” ujarnya.
Di samping PLTS dan PLTP, Jateng juga memacu realisasi sejumlah proyek EBT, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Solo dan Semarang, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), serta energi dari biogas dan biomassa.