Bisnis.com, SEMARANG - Pembangunan tol Trans Jawa, khususnya di wilayah Jawa Tengah, memberikan pengaruh besar dari berbagai sisi. Misalnya dari segi investasi, hingga pariwisata.
Sayangnya, tol yang membentang dari Jakarta ke Surabaya ini belum memiliki hotel bagi penggunanya.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K), Ngargono mengatakan, banyak masukan dari konsumen agar Trans Jawa bisa dibangun hotel.
Tujuannya sebagai tempat transit bagi pengguna tol, yang secara tidak langsung akan mendukung sektor pariwisata.
"Memang banyak masukan terutama dari pelaku wisata agar di rest area bisa dibangun hotel. Saya rasa ini bisa dipertimbangkan oleh pengelola," katanya, Senin (16/12/2019).
Ngargono menjelaskan selain bisa semakin mendukung sektor wisata, adanya tempat istirahat berupa hotel juga menjadi peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan oleh Jasa Marga.
Salah satunya adalah dengan menggandeng investor.
"Tentu akan menjadi peluang bisnis baru. Sektor wisata juga terangkat, untuk lahannya bisa dari Jasa Marga. Dari pariwisata tentu akan mendukung, belum lagi segi pengrajin dan perekonomian warga," tambahnya.
Ketua DPD Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Robert Wahyu, mengakui jika adanya Tol Trans Jawa bisa mendongkrak sektor wisata di Jateng. Bahkan menurut Robert, wisatawan dari Jabar kini memilih Semarang,Solo bahkan Kabupaten Ungaran sebagai destinasi wisata.
"Dari Cirebon, Jakarta, mau ke Bandung sekarang macet. Nah wisatawan ini sekarang larinya ke Semarang, Solo dan Ungaran," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT. Jasa Marga Semarang-Batang, Ari Irianto menerangkan jika memang pernah ada wacana dari Kemenrian BUMN yang dahulu dibawah kendali Rini Soemar no dan Kementrian PUPR, untuk membangun hotel di Tol Semarang Batang.
"Dulu era kabinet lama, sudah ada wacana pembangunan hotel. Namun kabinet yang baru ini belum tahu apakah wacana pembangunan hotel ini dilanjutkan," tukasnya.
Ia menjelaskan, membangun hotel di area tol tidak boleh dilakukan sembarangan. Karena perlu ada kriteria khusus, misalnya basic desain penentuan lokasi, demografi dan kajian lainnya.
"Harus ada kajian dulu, ngga boleh berbenturan dengan regulasi. Dulu pernah ada wacana dibangun dua hotel di jalur A dan dua hotel di jalur B. Karena kabinetnya baru ngga tahu apa berlanjut atau tidak," katanya.