Bisnis.com, WONOSARI – Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong peternak mengembangkan pakan ternak alternatif untuk mendukung swasembada ternak.
Kepala Bidang Penelitian Pengembangan dan Pengendalian, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunung Kidul Rismiyadi mengatakan Pemkab pada akhir 2018 mengeluarkan Surat Edaran Bupati No. 524/5814 tentang Pengembangan Pakan Alternatif Mandiri untuk Mendukung Budi Daya Peternakan.
Kemudian pada akhir 2019, upaya pengembangan pakan alternatif itu diperkuat melalui Surat Edaran Bupati No. 520/6986 tentang Stasiun Pakan Isi Ulang Silase Mendukung Ketahanan Pakan Ternak di Gunung Kidul.
"Harapannya di setiap desa bisa membuat kelompok untuk memproduksi pakan ternak alternatif secara mandiri. Ini yang terus kami sosialisasikan ke masyarakat,” kata Rismiyadi.
Dia mengutarakan mengatakan selama ini masyarakat masih menggunakan pakan alami untuk konsumsi ternak. Pola tersebut harus diubah karena pakan yang diberikan tidak optimal untuk budi daya peternakan. "Memang bagus, tapi harus ada inovasi sehingga ternak dapat tumbuh dengan baik.”
Menurut Rismiyadi, peternak dapat memaksimalkan potensi bahan baku pakan dengan sentuhan inovasi sehingga pakan yang diberikan tidak sebatas dedaunan segar ataupun jerami.
“Optimalisasi budi daya peternakan bisa dilakukan dengan pemanfaatan pakan alternatif yang melalui proses fermentasi. Bahan baku, tetap menggunakan dedaunan ataupun sisa hasil dari panen pertanian seperti jerami, batang pohon jagung hingga kacang tanah,” paparnya.
Luas wilayah Gunung Kidul sangat mendukung upaya pengembangan peternakan. Dengan lahan yang luas, lanjutnya, ketersediaan pakan bisa terpenuhi.
"Dengan fermentasi, selain pakan bisa lebih awet, kandungan gizi yang dimiliki lebih tinggi sehingga cocok untuk pakan ternak,” kata Rismiyadi.
Sementara itu, Ketua Darwis Ayo Angon Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Doni Fitrianta, mengatakan kelompoknya mengembangkan pakan ramah lingkungan yang berbahan baku dari dedaunan, biji kopra, kulit kopi, dan biji sawit untuk konsentrat pakan ternak.
Dia mengaku dalam melaksanakan hal tersebut, ada pendampingan dari Universitas Gadjah Mada.