Bisnis.com, SEMARANG - Mulanya, tanaman hias ini hanya tumbuh di Benua Amerika. Namun, seiring berjalannya waktu, tanaman ini mulai dijumpai di bagian utara Meksiko, Argentina, hingga sebagian wilayah Kepulauan Karibia. Nama tanaman ini adalah anthurium. Berdasarkan klasifikasinya, tanaman ini merupakan bagian dari keluarga Araceae dimana variannya mencapai 1.000 spesies lebih.
Ada banyak alasan kenapa tanaman ini banyak digemari. Sebagian orang tertarik pada bentuk bunganya, sebagian lagi lebih menggandrungi varian daunnya. Di Indonesia sendiri, ada beberapa spesies anthurium yang cukup digemari. Salah satunya adalah gelombang cinta yang sempat diburu banyak orang. Gelombang cinta masuk ke dalam jenis anthurium daun karena daya tarik utamanya yang berada pada bentuk daunnya yang bergelombang. Selain gelombang cinta, anthurium corong juga mempunyai bentuk daun yang menarik, bergelombang dan – sesuai namanya – membentuk corong. Adapula anthurium keris dengan bentuk daun memanjang dan pinggiran daun yang bergelombang seperti luk pada senjata tradisional keris.
Anthurium Andraeanum menjadi salah satu jenis anthurium bunga yang juga cukup populer. Nama lain tanaman ini adalah bunga flamingo, laceleaf, atau tailflower. Selain cantik, tanaman ini juga efektif untuk menghilangkan polusi di dalam ruangan.
Konon, keindahan anthurium merupakan salah satu tanaman yang menghiasi pekarangan, taman, dan istana kerajaan di Jawa. Sekarang, tak perlu menjadi raja untuk menikmati keindahan tanaman ini. Pasalnya, berbagai jenis anthurium kini telah banyak dijual di toko tanaman hias. Salah satunya di Sinox Nursery.
Toko tanaman hias ini berlokasi di Gunungpati, Semarang. Guntoro Dwi Agus Nugroho, pemilik toko ini, mengungkapkan bahwa penjualan tanaman hias di masa pandemi ini terus mengalami peningkatan. Dalam sebulan ia bisa mengantongi puluhan juta rupiah dari penjualan tanaman hias. Tak hanya itu, minat masyarakat juga terlihat dari banyaknya jumlah pengunjung yang mampir ke kebunnya. Saat akhir pekan, jumlah transaksi di kebun seluas 3,5 hektar tersebut bisa mencapai ratusan.
Guntoro, sapaan akrabnya, mengakui bahwa penggemar anthurium masih cukup banyak. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak dulu. Kini, popularitas anthurium kalah dibanding aglonema, philodedron, dan tanaman keladi. “Untuk tren tanaman itu berubah-ubah sekali. Anthurium pernah jaya di tahun 2008, di tahun 2019 sempat naik sampai ada booming Avanza ditukar anthurium kobra, 2020 bersaing dia (anthurium) dengan aglonema,” jelasnya kepada Bisnis.
Anthurium daun jenis variegata, jelasnya, sempat dicari banyak orang karena keunikannya. Jenis tanaman tersebut memiliki daun dengan corak bintik berwarna putih yang unik. Selain itu, jenis anthurium kuping gajah juga mulai populer kembali. Sebelumnya, anthurium kuping gajah pernah populer pada tahun 70-an.
Guntoro sendiri menilai bahwa dari segi perawatan, anthurium termasuk tanaman hias yang bandel. Pasalnya, tidak ada perawatan khusus yang dilakukan. Baik intensitas sinar matahari ataupun penyiraman juga bisa dilakukan secukupnya. “Tanaman sekarang lebih ringkih, enak anthurium. [Tetapi, kurangnya] kalau anthurium kan [warna daunnya] hanya hijau saja, kalau keladi ada variasi warna lain,” ungkapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa lahan produksi tanaman hias di Jawa Tengah terus mengalami perluasan. Tercatat, pada tahun 2018 luas produksi anthurium daun mencapai 27.666 m2. Pada tahun 2019, luasnya melonjak hingga 29.316 m2. Kabupaten Boyolali menjadi salah satu sentra budidaya anthurium daun di Jawa Tengah. Di wilayah ini, lahan budidaya anthurium daun tercatat seluas 18.645 m2. Sementara itu, untuk jenis anthurium bunga, sentra budidayanya berlokasi di Kabupaten Karanganyar. BPS Provinsi Jawa Tengah mencatat, di Karanganyar, terdapat 9.412 m2 lahan budidaya anthurium bunga.
Budidaya anthurium bunga menjadi kurang populer karena tingginya permintaan masyarakat terhadap jenis anthurium daun. Selain itu, tren tanaman hias juga terus berkembang. Oleh karena itu, Guntoro memberi saran bagi pedagang tanaman untuk terus melakukan riset pasar. Cara sederhana yang ia lakukan adalah dengan melihat unggahan di sosial media, dari situ ia bisa memperkirakan tren tanaman hias apa lagi yang akan booming. Ia juga menyarankan pedagang tanaman hias untuk mulai membuka jasa penyewaan tanaman, terlebih buat mereka yang memiliki stok anthurium berlebih. “Idealnya, [tanaman anthurium] disewakan, karena cocok [untuk dijadikan hiasan] indoor,” jelasnya.
Jenis | Luas produksi tanaman (m2) | |
2018 | 2019 | |
Anthurium Bunga | 11.623 | 11.348 |
Anthurium Daun | 27.666 | 29.316 |
Anggrek | 99.061 | 49.891 |
Anyelir | 3.508 | 2.016 |
Balanceng | 1.053 | 742 |
Dracaena | 11.035 | 10.804 |
Euphorbia | 17.457 | 13.522 |
Gladiol | 476 | 1.251 |
Hanjuang | - | 2.000 |
Herbras | 47.390 | 50.450 |
Kamboja Jepang / Adenium | 15.363 | 13.198 |
Keladi Hias | 8.443 | 5.011 |
Krisan | 1.881.788 | 1.883.371 |
Mawar | 879.633 | 872.859 |
Melati | 7.432.447 | 11.031.501 |
Pakis | 628.776 | 111.353 |
Palem | 88.798 | 107.039 |
Pedang-pedangan | 26.399 | 18.018 |
Philodendron | 72.315 | 82.237 |
Pisang-pisangan | 10.752 | 9.159 |
Sedap Malam | 704.891 | 993.646 |
Soka | 3.400 | 9.904 |
Sri Rejeki / Aglaonema | 25.873 | 28.170 |
Luas produksi tanaman hias di Jawa Tengah pada tahun 2018 dan 2019.
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah