Bisnis.com, SEMARANG — Pertamina mendukung upaya-upaya untuk meningkatkan penggunaan energi hijau ramah lingkungan, dengan menerapkan sejumlah strategi dari hulu hingga hilir.
Brasto Galih Nugroho, Area Manager Communication, Relations & CSR Regional Jawa Bagian Tengah Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial & Trading, mengatakan bahwa dari sisi hulu, Pertamina terus melakukan eksplorasi energi baru terbarukan melalui Sub Holding Power & New Renewable Energy (PNRE).
Subholding tersebut, menurutnya, fokus pada upaya untuk mengeksplorasi sumber-sumber energi hijau, khususnya energi baru terbarukan (EBT) seperti panas bumi, tenaga uap, dan sumber energi bersih lainnya.
“Di sisi lain, dari sisi kami di Patra Niaga, kami fokus mengembangkan Green Energy Station (GES) atau SPBU yang menerapkan konsep ramah lingkungan,” ujarnya, Kamis (4/11/2021).
GES Pertamina dilengkapi dengan solar cell atau pembangkit listrik tenaga surya yang dimanfaatkan untuk memasok kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan operasional di lingkungan SPBU.
Selain itu, SPBU tersebut juga menerapkan digitalisasi dalam pemantauan stok BBM yang langsung terkoneksi dengan terminal. SPBU juga telah menerapkan digitalisasi dalam seluruh transaksi dengan para pelanggan melalui aplikasi My Pertamina.
“Di beberapa tempat di Jakarta, SPBU ramah lingkungan yang kami kelola telah dilengkapi dengan stasiun pengisian kendaraan listrik umum yang disiapkan untuk para pengendara kendaraan listrik,” tambahnya.
Sampai dengan September 2021, Pertamina telah memiliki 76 GES yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia. Sebanyak 13 titik di antaranya berada di Jateng dan DIY.
SPBU ramah lingkungan di area Jateng dan DIY tersebar di 4 titik di Kota Semarang, 2 titik di Kota Yogyakarta, 3 titik di Kabupaten Batang, dan masing-masing 1 titik di Kabupaten Boyolali, Kota Magelang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Sleman.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Khomaedi Notonegoro menambahkan bahwa Pertamina telah mengambil jalur yang tepat untuk mendukung pemanfaatan energi hijau.
Meski demikian, Khomaedi mengingatkan agar Pertamina tetap fokus menjaga kinerja dari sisi pemanfaatan energi fosil yang selama ini masih menjadi tulang punggung.
“Sampai saat ini, sekitar 80% pendapatan Pertamina itu dari Patra Niaga yang jualan migas. Saya mendukung bahwa saat ini Pertamina sudah banyak berperan di EBT, namun tetap perlu diperhitungkan apakah kapasitasnya cukup. Energi fosil jika tidak diperhatikan akan merosot. Ketika EBT belum cukup, kita akan menghadapi krisis energi,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
.jpg?w=300&h=221)
