Bisnis.com, SOLO - Tak lama lagi Kota Solo, Jawa Tengah akan punya rel layang terpanjang di Indonesia.
Rel layang tersebut akan dibangun di simpang tujuh Joglo, Banjarsari dengan panjang mencapai 1,3 kilometer.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jawa Bagian Tengah, Putu Sumarjaya, mengatakan saat ini proses lelang pembangunan rel layang itu masih berlangsung di Kementerian Perhubungan dan ditarget selesai akhir tahun ini.
Adapun bocoran desain yang akan dibangun, kata dia, di bawah rel layang itu akan terdapat bundaran untuk memecah arus dan pada bagian bawah bundaran terdapat underpass yang menghubungkan Jl Ki Mangun Sarkoro dan Jl Sumpah Pemuda.
Kemenhub bertugas membangun rel layangnya, sedangkan underpass dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Baca Juga
“Rencananya akan ada MoU antara Kemenhub dan Kementerian PUPR, kami bagi sesuai tugas dan fungsi. Panjang rel layang 1.300 meter, yang mungkin menjadi ikon karena menjadi bentang terpanjang [rel layang] kereta api itu di sini,” jelasnya, Selasa (16/11/2021) siang.
Sedangkan tinggi rel tersebut, terang Putu, akan menyesuaikan teknis clearance menunggu finalisasi. Yang jelas ketinggian rel layang itu bisa mengakomodasi truk besar maupun kendaraan di bawah rel layang bisa melintas.
Desain seluruh penataan kawasan itu, sambungnya, sudah 95 persen dan ditenggat selesai disusun pada pekan ini. Peletakan batu pertama pembangunan rel layang Joglo, Solo, direncanakan paling cepat pada Desember 2021 atau Januari 2022.
Penyelesaian desain menyasar teknis kecil, di antaranya penyesuaian kondisi di lapangan serta persetujuan uji dari komisi pengawas jembatan dan lainnya. Pengerjaan yang langsung menyasar titik kemacetan diharapkan lebih cepat selesai, sehingga dampak pembangunan tidak dirasakan terlalu lama.
“Langsung di tengah, kami naikkan dulu single track [jalur tunggal], sehingga langsung bisa dilintasi kereta api. Jadi, yang bagian bawahnya bisa dilewati kendaraan,” jelasnya.
Rel layang yang merupakan bagian dari Proyek Nasional itu pada fase pertama akan menggunakan pembiayaan dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).