Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menyicil Mimpi Miliki Rumah di Pinggiran Yogyakarta

Dengan target nasabah milenial yang membutuhkan rumah pertama dengan harga relatif rendah, BTN memilih membiayai perumahan yang meskipun berlokasi jauh dari pusat kota namun memiliki akses yang mudah ke tempat kerja, fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Pekerja sedang menggarap proyek perumahan yang dibiayai oleh BTN. /Bisnis-Arief Hermawan P
Pekerja sedang menggarap proyek perumahan yang dibiayai oleh BTN. /Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, YOGYAKARTA — Tujuh tahun yang lalu, Rima Suliastini mengingat Bangunjiwo di Kabupaten Bantul sebagai wilayah antah berantah. Ketika ia memutuskan membeli sepetak tanah di sana, kawasan Bangunjiwo masih didominasi kebun jati dan mahoni.

Saat ini Bangunjiwo sudah menjelma menjadi pusat hunian warga yang bekerja di Kota Yogyakarta. Kebun jati dan mahoni berubah menjadi kompleks perumahan padat penduduk. Seiring dengan itu, minimarket, warung dan ruko mulai bermunculan. Menjadi penanda hadirnya peradaban.

“Belum lama ini dipasang lampu bangjo [lampu lalu lintas]. Juga ada pelat penanda arah ke Bangunjiwo dan sekitarnya. Kurir atau ojek online semoga engga kesasar lagi ke rumah kami,” ujarnya, Rabu (16/2/2022).

Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang paling diminati oleh warga Yogyakarta yang ingin memiliki hunian sendiri. Masa awal pandemi Covid-19 sempat menyurutkan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) oleh perbankan ke wilayah tersebut, namun pemulihan berlangsung cepat. Pada tahun kedua pandemi, laju KPR sudah kembali mengalir deras.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa penyaluran KPR di daerah istimewa tersebut mengarah ke luar Kota Yogyakarta. Hal itu mencerminkan bahwa warga Yogyakarta lebih memilih membeli hunian di area pinggiran dengan asumsi harga rumah di kota sudah tidak terjangkau, khususnya bagi pembeli rumah pertama yang berpendapatan pas-pasan.

Sebagai ilustrasi, satu unit rumah dengan luas tanah 115 meter persegi di Ngampilan, Kota Yogyakarta, ditawarkan dengan harga Rp950 juta. Di Bangunjiwo Bantul, Rima membeli rumah dengan luas lahan yang sama dengan harga sepertiga dari itu.

Meskipun sudah memiliki sepetak lahan di Bangunjiwo, Rima memutuskan untuk membeli rumahnya menggunakan skema KPR dari PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN). Alasan utamanya karena cicilan terjangkau dan bisa mendapatkan fasilitas uang muka atau DP nol persen karena disubsidi oleh pengembang yang bekerja sama dengan pihak bank.

Dalam skema ini, uang muka KPR senilai 30 persen dari harga rumah ditanggung oleh pengembang, yang kemudian meneruskannya kepada pembeli dengan skema cicilan tanpa bunga selama lima tahun. Dengan demikian, pada lima tahun pertama, pembeli memiliki dua tanggungan cicilan yakni cicilan uang muka ke pengembang dan cicilan KPR ke bank.

Membeli rumah dengan memanfaatkan fasilitas KPR, menurut Rima, paling masuk akal untuknya karena ia butuh menempati rumah sendiri secepatnya setelah berpindah-pindah kontrakan selama sekitar delapan tahun. Tawaran dari pengembang datang di saat yang tepat, ketika pemilik kontrakan tidak lagi mengizinkan Rima dan keluarga kecilnya memperpanjang masa sewa.

Demi menekan cicilan, Rima mengambil tenor pinjaman paling panjang yang ditawarkan oleh BTN yakni 25 tahun. Strategi ini dilakukan agar debt payment ratio masih mencukupi, sehingga memperbesar peluang agar pengajuan KPR disetujui.

“Karena pengembang ini hubungannya baik sekali dengan BTN, prosesnya mudah dan cepat. Dalam waktu kurang dari 3 bulan sejak kami deal dengan pengembang, rumah sudah siap huni. Kami hanya perlu menyiapkan biaya administrasi,” katanya.

Secara umum, pandemi Covid-19 berpengaruh menyurutkan penyaluran KPR di Yogyakarta, namun jika dilihat lebih mendalam, penyusutan penyaluran KPR di DIY tidak merata. 

Penurunan KPR terutama dipengaruhi oleh tren penyusutan penyaluran KPR di Kota Yogyakarta yang cukup dalam dari tahun ke tahun. Di sisi lain, penyaluran KPR di daerah pinggiran justru terus berkembang.

KPR di Kabupaten Sleman terus tumbuh bahkan di kala pandemi. Secara nilai juga terus naik, dan mendominasi penyaluran KPR di provinsi DIY dengan kontribusi 51,46 persen.

Penyaluran KPR di Kabupaten Bantul sempat menurun pada tahun pertama pandemi, namun pada 2021 mulai bangkit. Kontribusinya juga semakin besar, menggeser Kota Yogyakarta yang semakin menyusut. Sementara itu, Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo mulai menggeliat sebagai daerah tujuan baru bagi para pencari hunian.

Penyaluran KPR Perbankan ke DIY (Rp Miliar)

 201920202021
Kota Yogyakarta1.1841.053947
Kabupaten Sleman2.4322.4632.491
Kabupaten Bantul1.1871.1531.170
Kabupaten Gunungkidul94114146
Kabupaten Kulon Progo938891
Total DIY4.9924.8724.846

Sumber: OJK DIY

TIDAK SURUT KARENA PANDEMI

Apa yang terjadi di Yogyakarta mengkonfirmasi strategi BTN yang memutuskan untuk fokus pada pembiayaan KPR untuk rumah pertama dengan berbagai tawaran kemudahan bagi pada nasabahnya.

Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan bahwa backlog perumahan masih sangat tinggi, namun tidak mudah mempertemukan supply dengan demand karena berbagai kondisi, termasuk pandemi yang menyebabkan penurunan daya beli.

Menurut Haru, ketika BTN masuk ke ceruk pasar nasabah milenial dengan daya beli yang rata-rata masih terbatas, maka dibutuhkan strategi untuk memastikan supply dan demand itu bertemu.

Dengan target nasabah milenial yang membutuhkan rumah pertama dengan harga relatif rendah, BTN memilih untuk membiayai perumahan yang meskipun berlokasi jauh dari pusat kota namun memiliki akses yang mudah ke tempat kerja, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan.

Strategi lainnya, bank pelat merah ini menyiapkan program KPR BTN Gaess for Millenial yang menawarkan fasilitas cicilan rendah dan fleksibel di masa awal cicilan dan bertahap akan meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan debitur.

“Kami menyediakan program yang memungkinkan debitur milenial itu menyesuaikan cicilan dengan pengasilan. Di awal kami buat cicilannya ringan, dan nantinya akan meningkat seiring dengan naiknya pendapatan,” ujarnya.

Percaya diri dengan strategi itu, BTN menargetkan mampu menggenjot pertumbuhan kredit hingga 10 persen pada tahun ini, naik hampir dua kali lipat dari capaian tahun lalu yang tumbuh 5,6 persen. Sebuah target yang tinggi, namun bukan tidak mungkin dicapai jika semua prasyarat yang dibutuhkan untuk menyuburkan sektor perumahan bisa terpenuhi.

Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang membaik pada tahun ini, didukung likuiditas perbankan yang mumpuni, juga berbagai insentif yang disiapkan pemerintah untuk sektor perumahan, serta pandemi Covid-19 yang teratasi, maka target itu bisa menjadi mimpi yang mewujud nyata. Seperti Rima yang kini telah mewujudkan cita-citanya membeli, atau lebih tepatnya menyicil, rumah impiannya di pinggiran Yogyakarta. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper