Bisnis.com, SEMARANG – Kasus hepatitis akut misterius yang pertama kali terjadi di Inggris Raya telah sampai di Tanah Air. Pada 1 Mei 2022 lalu, Kementerian Kesehatan mengeluaran siaran pers terkait konfirmasi kasus pertama kasus hepatitis akut misterius yang terjadi di DKI Jakarta. Tiga pasien anak dirujuk dari rumah sakit di Jakarta Timur dan Jakarta Barat menuju RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Ketiga pasien tersebut dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, juga penurunan kesadaran. Penyebab hepatitis akut misterius sendiri masih belum diketahui. Di mana pada kasus pertama di luar negeri, pemeriksaan laboratorium telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E dinyatakan bukan penyebab dari kejadian tersebut.
Menindaklajuti hal itu, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya pada 27 April 2022 lalu. Langkah tersebut diambil untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, khususnya pemerintah daerah, fasilitas layanan kesehatan, serta para pemangku kepentingan lainnya.
Bersamaan dengan itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sendiri mulai mewaspadai potensi terjadinya kasus hepatitis misterius tersebut. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bahkan sempat menyinggung kasus hepatitis tersebut dalam acara Halalbihalal yang juga merupakan pertemuan resmi pertama para pejabat Jawa Tengah pasca-Lebaran.
“Tentu kita masih siaga, Dinas Kesehatan masih kita minta untuk memantau penyakit hepatitis ra cetho [tidak jelas--misterius]. Tiba-tiba yang diserang ini anak-anak dan begitu cepatnya. Maka saya minta mereka, kawan-kawan dari Dinas Kesehatan, RS, untuk memantau,” ucap Ganjar, Senin (9/5/2022) kemarin.
Terkait hal ini, Ganjar pun telah berkomunikasi dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Provinsi Jawa Tengah untuk mencari tahu sendiri kondisi di lapangan terkait kasus hepatitis misterius itu. Ganjar menyebut hingga saat ini belum ada kasus hepatitis misterius yang ditemukan di Jawa Tengah.
“Mudah-mudahan lah tidak [ada],” ucapnya.
Punya Pengalaman Buruk
Dalam surat edaran yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, disampaikan bahwa anak-anak dengan usia di bawah 16 tahun memiliki potensi untuk terjangkit hepatitis misterius tersebut. Artinya, di Jawa Tengah sendiri, ada 8.148.545 anak berusia 0-14 tahun yang perlu mendapat perhatian khusus.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah memiliki 2.768.435 anak-anak dengan kelompok usia 10-14 tahun. Kelompok usia tersebut jadi yang terbanyak populasinya dibanding kelompok usia lain seperti usia 0-4 tahun ataupun 5-9 tahun.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, Jawa Tengah sendiri pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus hepatitis tipe A pada tahun 2013 lalu. Saat itu, ditemukan 26 kasus hepatitis tipe A di Kabupaten Sukoharjo.
Dalam riset yang dilakukan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, disimpulkan bahwa secara nasional prevalensi penularan hepatitis tipe A pada periode 1998-2018 lebih banyak terjadi di sekolah atau kampus, pondok pesantren, dan tempat tinggal.
Pada periode tersebut, risiko penularan meningkat salah satunya karena buruknya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun. Faktor lain yang memengaruhi penularan antara lain mengonsumsi makanan yang tidak higienis juga penggunaan alat makan atau minum secara bersama.
Kesiapan di Tingkat Kota
Menanggapi hal tersebut, Abdul Hakam Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, menyebut pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif untuk menghadapi kasus hepatitis misterius di Kota Lumpia itu.
“Kita sampaikan di level paling bawah [yaitu] Puskesmas, kemudian RS. Setiap ada masyarakat atau kejadian yang mirip-mirip seperti gejala hepatitis misterius yang sedang dicurigai Kementerian Kesehatan segera dilaporkan. Alhamdulillah sampai hari ini kasusnya masih kosong di Kota Semarang,” ungkapnya.
Hakam menjelaskan bahwa apabila ditemukan, pasien hepatitis misterius tidak akan mendapat perlakuan yang sama dengan pasien Covid-19. Pasalnya, penularan hepatitis diketahui bukan melalui udara seperti Coronavirus melainkan dari sistem pencernaan atau fecal oral dalam bahasa medis.
Dinas Kesehatan Kota Semarang sendiri telah menyiapkan skenario penanganan apabila kasus hepatitis misterius tersebut ditemukan. Pasien dengan gejala hepatitis akut misterius bakal dipisahkan dan ditangani secara khusus. Kepada wartawan, Hakam mengungkapkan bahwa nantinya pasien tersebut bakal dites hepatitis tipe A hingga E.
“Kalau itu ternyata hasilnya negatif, kemungkinan besar ke arah hepatitis akut misterius. Nanti dicari lagi, oh ketemunya di tipe 41 yang ini nanti misalnya mungkin kita masih perlu bantua kalau masih harus meng-exclude semuanya. Mungkin di RS besar tipe B atau A. Kemudian kalau misalnya sampai ke sub-tipe 41 itu mungkin kita bisa periksa ke Litbangkes,” jelas Hakam.
Hakam mengungkapkan bahwa kesiapsiagaan tersebut menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan peluang kesembuhan pasien hepatitis akut misterius.
“Prinsipnya begini, jangan sampai ketika dibawa ke RS posisinya sudah terlambat. Jadi sudah menguning begitu. Kemudian, ditemukan enzim Transaminase-nya sudah puluhan ribu misalnya. Tingkat kesembuhannya pasti akan berbeda. Begitu misalnya kita temukan mual, muntah, kemudian belum ada kuning, kemudian enzim Transaminase tidak meningkat itu pasti lebih mudah, sembuh sempurnanya pasti akan oke,” jelasnya.
Tak hanya Dinas Kesehatan, pihak rumah sakit juga telah bersiaga menghadapi kasus hepatitis akut misterius tersebut. Di Kota Semarang, Hakam menyebut rumah sakit tipe A, B, dan C bakal disiapkan untuk merawat pasien hepatitis akut misterius tersebut.
“Kasusnya belum ada yang dirujuk ke kami. Misal kok ada kasus, pastinya dia mendapat penanganan di RS daerah dulu. Insyaallah dari segi SDM, peralatan, dan ruang rawat RSUP dr. Kariadi siap menerima,” jelas Parna, Humas RSUP dr. Kariadi salah satu rumah sakit tipe A di Kota Semarang, saat dihubungi Bisnis.