Bisnis.com, SEMARANG - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang menggelar diskusi Outlook Ekonomi 2023 pada Selasa (13/12/2022) dengan fokus utama isu penanganan inflasi di tahun mendatang.
"Dari data yang sudah berjalan selama setahun, bahkan sampai terakhir ini, yang intens kan resesi dan inflasi di 2023. Makanya kita coba pertemukan semua stakeholder khususnya di Kota Semarang ini," jelas Luthfi Eko Nugroho, Kabid Perencanaan Ekonomi Bappeda Kota Semarang.
Kepada wartawan, Luthfi menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Semarang bakal fokus menjaga inflasi di pengujung tahun 2022 ini. Pasalnya, momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) kerap diikuti dengan kenaikan harga beberapa bahan pokok.
"Selain kita prediksi akhir tahun seperti apa, kita harus bisa lihat tahun depan mana sektor usaha yang bisa berkontribusi dan mana peluang yang terjadi pelemahan. Mana yang harus kita tinggalkan dan kita dorong," jelas Luthfi.
Pemerintah Kota Semarang sendiri bakal mengambil empat langkah untuk mengendalikan inflasi. Keempat langkah itu disebut sebagai strategi 4K yang terdiri dari keamanan daya beli masyarakat, keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, juga komunikasi efektif untuk mengelola ekspektasi inflasi masyarakat.
Luthfi menjelaskan, konsumsi masyarakat akan coba digenjot sembari menjaga keamanan daya beli dan keterjangkauan harga. Program pasar murah, operasi pasar, serta digratiskannya sejumlah layanan publik jadi salah satu cara menjaga konsumsi. "Supaya mereka dengan mudah menjaga daya beli mereka, supaya ekonomi berputar," katanya.
Baca Juga
Lebih lanjut, upaya pengendalian inflasi juga dilakukan pada sisi produsen dan distributor. Luthfi menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Semarang bakal menjalin kerja sama dengan daerah sekitar demi stabilitas harga bahan kebutuhan pokok.
"Semarang ini kan memang bukan daerah penghasil. Kita mau pastikan harga di daerah penghasil dengan Semarang itu sama. Caranya dengan subsidi transportasi, kita ada memorandum of understanding (MoU) dengan daerah sekitar penghasil. Supaya misal bawang merah di Brebes harganya bisa sama dengan Semarang," jelas Luthfi.
Adapun Bappeda Kota Semarang mempunyai tiga skenario pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 ini. Luthfi menjelaskan, pada 2021 lalu Kota Semarang bisa mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,16 persen. Pada tahun ini, berdasarkan skenario paling optimistis Bappeda Kota Semarang, angka pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7,50 persen.
"Yang moderatnya di kisaran 6 persen. Pesimisnya, kita masih sama seperti pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya. Sepertinya ini trennya naik, tinggal naiknya seberapa," jelas Luthfi.