Bisnis.com, SEMARANG - Dua Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) di Jawa Tengah bakal kembali ditawarkan ke investor, yaitu WKP Guci serta WKP Gunung Lawu.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), WKP Guci yang berlokasi di Kabupaten Tegal punya potensi cadangan energi sebesar 78 MW, sementara itu di WKP Gunung Lawu potensi cadangan mungkin berkisar di angka 195 MW.
"Di WKP Guci dan WKP Gunung Lawu hak pengelolaan sudah dikembalikan ke pemerintah. Dalam waktu dekat, ini akan dilakukan pelelangan kembali oleh pemerintah pusat untuk dilakukan eksplorasi," jelas Boedyo Dharmawa, Plt Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, dikutip Selasa (12/7/2023).
Kepada Tim Jelajah Investasi Jateng 2023 Bisnis Indonesia, Boedyo menjelaskan bahwa kedua WKP tersebut sebelumnya telah dikelola oleh pihak ketiga. Namun, keduanya belum mencapai tahap pemanfaatan panas bumi hingga periode kontrak berakhir. Untuk WKP Gunung Lawu misalnya, proses eksplorasi dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) sebagai anak usaha PT Pertamina Power Indonesia (PPI).
"Eksplorasi panas bumi membutuhkan biaya besar. Padahal, energi panas bumi ini menjadi energi yang paling ramah lingkungan," ucap Boedyo.
Sayangnya, hingga hari ini, masih banyak sentimen negatif yang mengelilingi pemanfaatan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) tersebut.
Kekhawatiran masyarakat umum kebanyakan berangkat dari ketidaktahuan publik akan tahapan dan teknis pemanfaatan panas bumi. Secara tahapan misalnya, ada kesalahpahaman bahwa proses eksplorasi yang dilakukan di satu titik lokasi bakal berlanjut pada tahapan ekstraksi. Padahal, hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
Boedyo menyebut, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebelum menentukan titik pengeboran. Selain pengamatan langsung di lapangan, masih ada dua tahapan eksplorasi yang mesti dilakukan, eksplorasi awal dan lanjutan. "Sebenarnya sulitnya baru pada tahap eksplorasi yang belum tentu ada hasil. Jadi upaya pemegang WKP belum maksimal dalam memberikan sosialisasi atau upaya bina lingkungan," jelasnya.
Salah satu lokasi pemanfaatan panas bumi yang menurut Boedyo sudah berjalan cukup baik di Jawa Tengah adalah WKP Dieng yang dikelola oleh PT Geo Dipa Energi (Persero). Sebagai informasi, saat ini, perusahaan tersebut telah berhasil mengoperasikan unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Dieng 1 dengan kapasitas pembangkitan sebesar 60 MW. Proses pengembangan PLTPB Dieng 2 dan 3 juga masih terus dilakukan untuk memanfaatkan potensi energi panas bumi di sekitar Kawasan Dieng yang diperkirakan mencapai 400 MW.
Boedyo menjelaskan bahwa PLTPB Dieng 1 menjadi contoh usaha pemanfaatan panas bumi yang bisa berdampingan dengan kegiatan masyarakat, dari sektor pertanian, kebudayaan, ekonomi, hingga pariwisata. Pengeboran dan pemanfaatan panas bumi bisa disesuaikan agar tidak mengganggu kelestarian situs budaya di lokasi tersebut.
"Bisa berdampingan juga dengan wisata yang berkembang di sana. Bisa juga berdampingan dengan sektor pertanian, komoditas hortikultura dan pertaniannya melimpah, tetap terjaga ikonnya. [Pemanfaatan panas bumi] tidak kemudian membuat wisata tidak laku, atau situsnya jadi jelek, atau pertaniannya ambruk. Kan kenyataannya tidak begitu. Makanya Dieng itu jadi tempat belajar, misalkan ada satu wilayah yang akan dikembangkan panas buminya," jelas Boedyo.
Liputan ini merupakan bagian dari program Jelajah Investasi Jawa Tengah 2023: Daulat Pangan dan Energi. Program tersebut terselenggara berkat dukungan dari para sponsor yakni Grand Batang City, PT PLN Persero, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Nasmoco, XL Axiata, serta PT Jamkrida Jateng.