Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Narasi dan Pelestarian jadi Kunci untuk Majukan Wisata Sejarah

Ketimbang menarik minat wisatawan dengan daya tarik alam maupun bangunan, wisata sejarah bisa memikat pelancong dengan cerita dan pengalaman yang personal.
Diskusi bertajuk "Meniti Wisata Sejarah: Jawa Kalungan Wesi" yang digelar KPw BI Provinsi Jawa Tengah di Lawang Sewu, Kota Semarang, pada Jumat (25/7/2025). /Bisnis - Muhammad Faisal Nur Ikhsan
Diskusi bertajuk "Meniti Wisata Sejarah: Jawa Kalungan Wesi" yang digelar KPw BI Provinsi Jawa Tengah di Lawang Sewu, Kota Semarang, pada Jumat (25/7/2025). /Bisnis - Muhammad Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, SEMARANG - Berbeda dengan sektor pariwisata pada umumnya, destinasi wisata sejarah menawarkan pengalaman yang unik dan lekat dengan kebudayaan lokal. Untuk itu, diperlukan strategi khusus untuk memajukan sektor tersebut.

Adipati Kadipaten Mangkunegaran sekaligus Komisaris PT Kereta Api Indonesia (Persero), KGPAA Mangkunegara X, mengungkapkan bahwa wisata sejarah mesti dikemas secara relevan dan kontekstual.

"Di Mangkunegaran, saya mengedepankan untuk generasi muda agar bisa menjadi penerus. Dan yang saya perhatikan, kalau generasi muda senang, biasanya yang tua akan ikut," ucapnya dalam diskusi yang digelar pada Jumat (25/7/2025) di Kota Semarang.

Gusti Bhre, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa kawasan Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang atau Joglosemar menjadi tiga daerah dengan potensi wisata sejarah yang kaya. Ketiga daerah itu bahkan bisa menjadi hub atau pintu masuk untuk mengangkat potensi wisata yang ada di daerah-daerah di sekitarnya.

"Kalau kita bicara sejarah, ini pentingnya narasi dan nilai. Karena apapun itu, kalau kita bisa cari intisarinya, story-nya. Semua akan bisa menjadi sesuatu. Destinasi pariwisata fisik itu tidak cukup. Karena sekali wisatawan datang, akan sulit untuk kembali lagi," jelas Gusti Bhre.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh Fransiskus Asisi Suhariyanto, kreator konten sekaligus pemerhati sejarah asal Malang, Jawa Timur. Asisi menyebut, Jawa Tengah punya potensi wisata sejarah seperti situs purbakala di Sangiran, candi-candi kuno, hingga situs Kesultanan Demak yang kaya akan narasi sejarah.

"Nilai sejarah tanpa narasi itu nonsense, itu tidak akan sampai ke masyarakat. Kita tidak akan mengerti. Maka saya pikir, ketika membangun konten, kita harus kuat secara narasi. Sebagai contoh, candi yang paling banyak itu bukan di Bali, Jawa Timur, tetapi di Jawa Tengah. Itu harus menjadi sebuah kebanggan," ujar Asisi.

Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah, menyebut wisata sejarah punya potensi untuk mengungkit perekonomian daerah. Untuk itu, Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Tengah ikut memberikan dukungan salah satunya dengan membangun platform digital Jejak Wisata Sejarah atau Jasirah serta Jasirah Race untuk mempromosikan potensi tersebut ke masyarakat luas.

Platform digital itu tak hanya menampilkan lokasi dan informasi terkait potensi wisata sejarah yang ada di Jawa Tengah. Jasirah juga dilengkapi dengan informasi sejarah yang disusun oleh para sejarawan dengan bahasa yang informatif, namun tetap menarik.

"Situs sejarah itu banyak, kalau orang mau kembali karena hanya melihat situs atau bangunan, mungkin sulit. Paling sekali dua kali, setelah itu bosan. Tetapi, dengan narasi yang baik, itu akan membuat orang untuk kembali lagi. Itu yang dicari dan mereka rela membayar mahal untuk itu," tutur Rahmat.

Selain narasi, pelestarian situs bersejarah juga menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan. "Kalau wisata sejarah itu kan utamanya pelestarian, itu menjadi kunci. Seperti Candi Borobudur, meskipun destinasi wisata prioritas nasional, harus ada inovasi agar tetap lestari tetapi tetap bisa dikembangkan pariwisatanya," jelas Sumarno, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah.

Sumarno berharap, inisiatif pengembangan wisata sejarah di Jawa Tengah dapat berjalan paralel dengan perhatian masyarakat untuk merawat situs dan peninggalan sejarah yang ada. "Kami ingin masyarakat mengenal, mencintai, dan mendatangi situs itu. Untuk menikmati dan ikut menjaganya," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro